Sabtu, 13 April 2013

PENGEMBANGAN USAHA PUPUK KOMPOS DAN BIOGAS UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI


Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan mengadakan bimbingan teknis Agro Industri Pengolahan Kompos dan Biogas. Kegiatan ini dilakukan karena sekarang ini di Kabupaten Bintan khususnya di Kecamatan Bintan Utara cukup banyak petani yang memelihara ternak sapi. Dari peternakan sapi ini banyak dihasilkan kotoran sapi. Tetapi selama ini kotoran sapi tersebut belum diolah secara baik untuk dijadikan pupuk kompos dan biogas . Pada hal potensinya cukup besar oleh karena itu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan mengadakan bimbingan teknis Agro Industri Pengolahan Kompos dan Biogas untuk memanfaatkan potensi kotoran sapi tersebut.
Dengan dilakukannya bimbingan teknis ini diharapkan petani mampu menerapkan tata cara pengolahan kompos dan penerapan biogas. Kemudian pupuk kompos yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman yang mereka kelola dan sebagian lagi bisa dijual ke petani-petani lain yang memerlukannya. Sementara itu hasil dari biogas bisa dimanfaatkan oleh petani untuk kegiatan memasak di dapur. Sehingga dari kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
Kegiatan bimbingan teknis ini dilaksanakan di Desa Lancang Kuning Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan dilakukan pada hari Selasa (02/10/2012)
Acara tersebut dibuka oleh Bapak Ir. Nazarudin, Kepala Bidang Perkebunan mewakili Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau. Turut hadir dalam acara tersebut Bapak Drs. Adi Prihantara, MM Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan, juga hadir Ibu Dahlia Zulfah selaku Camat Bintan Utara. Sementara itu yang menjadi narasumber adalah Bapak Dadi Rosadi, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bintan, drh. Setyo Rahardjo dari Distanhut Kabupaten Bintan, Bapak Padil dari Distanhut Kabupaten Bintan, drh. Azhari dari Distanhut Kabupaten Bintan.
Kemudian para peserta yang mengikuti kegiatan bimbingan teknis Agro Industri Pengolahan Kompos dan Biogas ini berasal dari berbagai anggota kelompok tani yang terdapat di Kabupaten Bintan. Mereka ini berasal dari Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Toapaya, Kecamatan Gunung Kijang. Secara Keseluruhan jumlah peserta yang mengikuti bimbingan teknis ini adalah 30 orang dan kegiatan ini berlangsung selama 1 hari.
Dalam kegiatan bimbingan teknis tersebut narasumber menyampaikan cara pembuatan pupuk kompos,    untuk menghasilkan pupuk kompos diperlukan bahan-bahan seperti,  Kotoran sapi sebanyak 80-83%, Kapur gamping  2%,  Pemacu mikroorganisme (Stardec)  0,25%,  Air secukupnya,  Serbuk gergaji  5%, Abu sekam  10%. Alat-alat yang digunakan, Sekop,  Cangkul, Alat pengangkut dan mengumpulkan kotoran (grobak sorong), tempat pembuatan dan penyimpanan (semacam gudang). Bangunan tempat pembuatan sebaiknya dibuatkan tempat  khusus untuk membuat kompos, terutama bagi kandang kolektif. Lokasinya diusahakan agar tidak jauh dari kandang, untuk memudahkan pengumpulan kotorannya.
Kemudian dalam  proses pembuatan kompos itu  tempatnya terlebih dahulu harus disiapkan.  Diusahakan tempat pembuatan pupuk organik terlindung dari terik matahari langsung atau hujan ( tempat yang beratap). Saat pembuatan kompos diusahakan agar tidak tergenang air ataupun terkena air hujan karena akan menjadi busuk.  Kotoran sapi (feses dan urine) yang bercampur dengan sisa pakan, di kumpulkan pada satu tempat, ditiriskan atau dikering anginkan selama satu minggu agar tidak terlalu basah.  Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi pembuatan dan diberi kalsit/kapur dan dekomposer. Untuk membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur, 50 kg ampas gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 kg dekomposer (stardec)dan seluruh bahan dicampur lalu diaduk merata.
Setelah satu minggu diperam, campuran tadi diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu bisa diukur dengan memasukkan telapak tangan ke dalam tumpukan bahan, bila terasa hangat berarti terjadi proses pemeraman. Minggu kedua dilakukan pembalikan lagi. Demikian seterusnya sampai pada minggu keempat. Pada saat ini pupuk telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau.  Pemeraman dilakukan selama 1 bulan. Kelembaban dan temperatur harus tetap dijaga agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk hidup dan berkembang. Kemudian pupuk diayak atau disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) sehingga pupuk yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Selanjutnya pupuk organik siap diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk dasar atau dapat disimpan pada tempat yang terlindung dari terik matahari dan hujan.
Berdasarkan penjelasan dari narasumber dari segi analisa ekonomis kegiatan pengolahan kompos ini menguntungkan petani dan layak untuk dilaksanakan, dari 1 ton kompos yang dihasilkan oleh petani maka petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp.300.000. Dengan diperolehnya  keuntungan yang sebesar ini diharapkan para petani termotivasi atau terdorong untuk mengembangkan pupuk kompos sehingga melalui bimbingan teknis ini diharapkan kesejahteraan petani bisa lebih meningkat. (Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian, BPPKP Kabupaten Bintan) 

Kamis, 11 April 2013

TEMU KARYA PENYULUH PERTANIAN DAN PENGURUS GAPOKTAN SE-PROVINSI KEPULAUAN RIAU





Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Riau mengadakan kegiatan Temu Karya Penyuluh Pertanian   dan Pengurus  Gapoktan se-Provinsi  Kepulauan Riau. Kegiatan ini pada awalnya di rancang untuk menampilkan karya atau prestasi kerja para Penyuluh Pertanian  dan pengurus Gapoktan di lapangan, tetapi ternyata dalam pelaksanaannya lebih tepat dikatakan sebagai temu teknis karena pada saat itu para peserta diberi materi tentang budidaya tanaman Buah Naga dan materi tentang Agribisnis.
Kegiatan Temu Karya ini di laksanakan di Hotel Sunrise City , Tanjungpinang. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa (10 – 11 Des 2012). Kegiatan tersebut dihadiri dan dibuka oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Riau, Bapak Rahminudin, MM dan sebagai narasumber nya adalah Bapak Irwan Kasup dari BPTP Riau.
Dalam pelaksanaannya kegiatan ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan diskusi  dan Para Penyuluh Pertanian dan Pengurus Gapoktan cukup bersemangat mengikuti kegiatan Temu Karya ini. Dalam kesempatan tersebut disampaikan   materi tentang budidaya dan pengendalian hama  penyakit pada  tanaman Buah Naga . Tanaman Buah Naga sebenarnya termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan karena tanaman ini termasuk dalam famili kaktus dan relatif mudah dalam perawatannya. Tetapi tentunya dalam budidaya selalu ada gangguan hama dan penyakit yang menyerang yang bisa mengakibatkan hasil produksi yang tidak maksimal dan bisa mengalami kerugian. Oleh karena itu harus diperhatikan apabila dijumpai gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman buah naga.
             Adapun gangguan hama yang menyerang tanaman buah naga yaitu :
Tungau
            Hama Tungau  menyerang kulit batang atau cabang yang merusak jaringan klorofil yang berfungsi untuk asimilasi dari hijau menjadi cokelat. Penanggulangannya dengan menyemprotkan Omite dengan dosis 1-2 gr/ltr air yang dilakukan 2-3 kali seminggu.

Kutu Sisik
Hama kutu sisik umumnya berada pada bagian cabang yang tidak terkena matahari langsung dan cabang yang diserang hama ini akan terlihat kusam. Hama ini juga bisa diatasi dengan penyemprotan Kanon dengan dosis sama dengan pengendalian hama kutu putih pada sela-sela tanaman yang ternaungi atau tidak terkena sinar matahari.

Kutu Batok
Hama kutu batok menyerang tanaman dengan mengisap cairan pada batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya juga bisa menggunakan cara yang sama dengan pengendalian hama kutu putih dan kutu sisik.

Bekicot
           Hama bekicot sangat merugikan bagi tanaman buah naga karena  hama ini menyerang pada bagian  batang atau cabang dengan menggerogotinya dan dapat mengakibatkan cabang tanaman akan membusuk . Hama ini disebabkan karena kebersihan kebun yang kurang terjaga.

Semut
            Hama semut muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga.  Hama semut mulai mengerubungi bunga yang baru kuncup dan akan mengakibatkan kulit buah nantinya akan berbintik-bintik berwarna coklat yang tentunya harga buah akan menurun dengan kualitas seperti itu. Pengendalian atau pencegahannya dengan menyemprotkan Sevin atau  Gusadrin dengan dosis 2 cc/ltr air.

Burung
            Gangguan hama burung pada tanaman buah naga umumnya jarang terjadi dan tidak perlu dikuatirkan. Biasanya menyerang pada buah yang telah masak pada bagian atas.

PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA
Busuk Pangkal Batang
Penyakit busuk pangkal batang pada umumnya menyerang pada saat penanaman buah naga, tanaman buah naga sering mengalami pembusukan pada pangkal batang, berwarna kecokelatan dan terdapat bulu putih. Pembusukan tersebut disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan yaitu Sclerotium rolfsii Sacc. Penyakit ini sering terjadi pada bibit setek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan. Pengendalian penyakit tanaman buah naga yang terserang oleh penyakit busuk pangkal batang harus menggunakan  penyemprotan Benlate dengan dosis 2 g/ltr air atau menggunakan Ridomil 2 g/ltr air sebulan sekali.
Bila muncul gejala kekuningan pada pangkal batang maka segera dilakukan penyemprotan pada seluruh batang dan diutamakan pada pangkal batang yang terserang.
           Pengendalian  penyakit busuk pangkal batang dapat dilakukan dengan  cara pengairan yang yang sesuai dengan kebutuhan dari tanaman dan disertai dengan penyemprotan fungisida dan Atonik didaerah pangkal batang pada tanaman yang berumur 30 hari pada awal penanaman.
 

Fusarium
        Penyakit layu yang disebabkan oleh jamur  Fusarium oxysporium Schl. Gejalanya antara lain cabang tanaman berkerut, layu, dan busuk berwarna coklat. Penanggulangannya dengan menyemprotkan Benlate dengan dosis 2g/liter air dalam seminggu 1-2 kali penyemprotan pada bagian batang dan cabang.
Kegiatan Temu Karya Penyuluh Pertanian dan Pengurus Gapoktan ini diikuti sebanyak 82 orang yang berasal dari utusan  Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. (oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian pada BPPKP Kabupaten Bintan)