Minggu, 25 Februari 2018

PERSEMAIAN PADA TANAMAN CABAI







1. Penyiapan Lahan
 Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma.
 Pengolahan tanah berupa pembajakan/pencangkulan, pembersihan gulma, perataan permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, guludan, garitan, lubang tanam. Untuk lahan kering/tegalan: lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm).

 Untuk lahan sawah: lahan dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m. Antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Tanah di atas bedengan diolah sampai gembur dan lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm

2. Persemaian
Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian biji/benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan.

 Perlakuan benih
Untuk mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama/penyakit yang terbawa benih, sebelum disemai benih direndam dalam air hangat (50oC) atau larutan Previcur N (1 cc) selama 1 jam,
 
Persiapan lahan persemaian
Tempat persemaian berupa bedengan berukuran lebar 1 m, diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah halus dan pupuk kandang steril (1 : 1)

 Penyemaian
Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi tipis tanah halus, lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah. Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka.


 Penyapihan/pembumbungan
Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit dipindahkan ke dalam bumbungan dengan media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang). Bumbungan dapat mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan.

 Pemeliharaan bibit
- Inokulasi cendawan mikoriza sebanyak 10 gr/pohon sangat bermanfaat, karena dapat mempercepat laju pertumbuhan dan kesehatan tanaman di persemaian, juga dapat meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan.
- Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering.
- Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh.
- Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan.
- Sebelum dipindah ke lapangan dilakukan penguatan bibit dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari.
- Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu dalam bumbungan. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. (Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian di Kec. Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau). 
Sumber : cybex.pertanian.go.id 

PANEN DAN PASCA PANEN PADA BUAH SALAK





Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Oleh karena itu pemanenan dilakukan dengan cara petik pilih, disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tua tetapi belum masak. Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda lain bahwa buah yang sudah tua, warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.

Panen
Karena buah salak masaknya tidak serempak, maka cara memanennya dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.


Pasca Panen
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik), sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar.

Supaya buah salak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen yaitu :
1. Pengumpulan.
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.

2. Penyortiran dan Penggolongan.
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. Selain itu untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.

3. Grading/penggolongan
Bertujuan untuk: a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas); b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas; c) mendapatkan harga yang lebih tinggi; d) merangsang minat untuk membeli; e) agar perhitungannya lebih mudah; f) untuk menaksir pendapatan sementara.

Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri, yaitu: a) Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah); b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat); c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah); d) Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.

4. Pengemasan dan Pengangkutan.
Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak. (Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian di Kec. Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau ). 
Sumber : cybex.pertanian.go.id 


Sabtu, 17 Februari 2018

PEMELIHARAAN TANAMAN MANGGIS





Pemeliharaan tanaman manggis sangat diperlukan agar diperoleh pertumbuhan yang sehat dan kuat sejak penanaman hingga berproduksi. Beberapa kegiatan pemeliharaan antara lain :
 
1.  Pembuatan naungan
Tanaman manggis tidak tahan terhadap sinar matahari langsung untuk itu perlu dibuatkan naungan. Lama tanaman manggis diberi naungan adalah sampai berumur ± 2 tahun. Ukuran naungan adalah panjang 60 cm lebar 40 cm tinggi 75 cm dengan tonggak dari kayu / bambu, atap dari daun alang-alang atau daun kelapa tanpa dinding.

2) Pemupukan
Untuk pertumbuhan vegetatif yang baik, 1 (satu) bulan setelah tanam diberi 100-200 gram urea/pohon. Pemberian diulang setiap 6 (enam) bulan sekali dan ditambah dengan pupuk kandang 20-30 kg/pohon. Apabila tanaman manggis sudah berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 0,5 kg/pohon dan diulang setiap enam bulan sekali.

3) Penyisipan
Apabila tanaman manggis yang ditanam ada yang mati atau pertumbuhan sangat kerdil sebaiknya segera dilakukan penyisipan/penggantian dengan bibit baru.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman yang berumur di bawah 5 (lima) tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali. Sedangkan pada pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi.

Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pengairan manggis adalah :
Penyiraman tanaman setiap hari atau sesuai kondisi cuaca; pada fase awal pertumbuhan terutama pada musim kemarau penyiraman tanaman 1-2 kali sehari; setelah manggis berumur diatas 5 tahun, interval pengairan bisa dikurangi secara berangsur-angsur, jangan sampai tanah di sekitar tajuk retak-retak karena kering; tanaman pada usia produktif, penyiraman dilakukan dari tanaman menjelang berbunga hingga terbentuk buah 100 %; hentikan penyiraman menjelang buah tua atau berumur 104 - 110 hari setelah berbunga dan catat kegiatan pengairan di kartu kendali untuk memudahkan kontrol pengairan tanaman manggis berikutnya.

5) Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan yaitu dua kali dalam setahun. Apabila pertumbuhan gulma lebih tinggi dari tanaman utama (75 cm), dapat dilakukan penyemprotan dengan herbisida. Catat kegiatan penyiangan di kartu kendali untuk memudahkan pengontrolan dan penjadwalan penyemprotan herbisida.

6) Perempalan/Pemangkasan
Peralatan pemangkasan yang digunakan harus steril terutama gunting pangkas dan gergaji potong. Pemangkasan biasanya dilakukan setelah panen atau awal musim hujan dan dilakukan secara serentak. Idealnya, pemangkasan manggis menggunakan system " panutan tengah ".Jika tanaman berumur kurang dari 5 tahun, tidak perlu dipangkas karena sinar matahari masih bisa masuk ke dalam tajuk.

Berikut ini tahapan memangkas manggis yaitu : amati tunas kering, tunas air, dan ranting yang mengarah ke dalam; pangkas ranting-ranting yang ada di dalam tajuk hingga lapisan kesembilan, karena buah manggis muncul di ujung ranting dewasa terakhir; olesi bekas potongan dengan paraffin cair, larutan fungisida Benlate 0,5 %, atau cat karbolinium dan cat penutup luka kayu ; bakar cabang atau ranting hasil pangkasan, terutama yang terserang hama dan penyakit; lakukan pencatat kegiatan pemangkasan di kartu kendali untuk mengetahui perkembangan pemangkasan selanjutnya.  ( Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian di Kec. Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau ) 
Sumber : cybex.pertanian.go.id 

Selasa, 13 Februari 2018

PASCA PANEN TANAMAN KEDELAI






Kedelai banyak ditanam oleh petani Indonesia karena merupakan bahan makanan penting yaitu sebagai sumber protein nabati. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, tepung kedelai, dan lain-lain. Disamping itu kedelai juga bisa digunakan sebagai makanan ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai dan ampas tahu. Selama ini, penanganan pasca panen kedelai belum banyak mendapat perhatian sehingga kehilangan hasil sebagai susut tercecer masih tinggi dan mutu hasil masih rendah, untuk itu perlu penanganan pasca panen yang baik sehingga dapat mempertahankan potensi kuantitas dan kualitas hasil.

Penanganan pasca panen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan, pengeringan brangkasan, perontokan/pembijian, pembersihan biji, pengeringan biji, pengemasan dan penyimpanan.
 Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari (tergantung varietasnya).

Penentuan saat panen merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan penanganan pasca panen kedelai karena berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil panennya. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan.

Penentuan saat panen kedelai juga dapat dilakukan berdasarkan : (1) deskripsi varietas kedelai; (2) kadar air yang diukur dengan alat ukur kadar air (Moisture Tester); (3) kenampakan fisik. Secara visual umur panen yang tepat ditandai dengan : (1)daun berwarna kuning dan rontok; (2) batang telah kering; (3) polong kering, berwarna coklat dan pecah. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut : (1)
rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya; (2) jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air tinggi yaitu susut panen pada kadar air rendah mencapai  6%, sedangkan pada kadar air tinggi dapat mencapai 13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.

Kedelai dipanen dengan dua cara yaitu (1) dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok.  Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang; (2) dengan cara memotong, yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut. ( Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian di Kec. Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau) 
Sumber : cybex.pertanian.go.id