Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi
kepulauan Riau mengadakan kegiatan pelatihan pembibitan Bawang Merah. Kegiatan
pelatihan ini dilaksanakan agar petani Bawang Merah bisa menghasilkan bibit Bawang
Merah sendiri , sehingga mereka tidak lagi tergantung pada bibit yang saat ini
masih didatangkan dari luar.
Kegiatan pelatihan pembibitan Bawang Merah ini dilaksanakan
di kelompok tani Makaryo Kelurahan Toapaya Asri , Kecamatan Toapaya Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan
ini diadakan pada hari Jum’at, 11 September 2015. Kegiatan pelatihan ini
berlangsung selama 1 hari mulai dari jam 8.30 sampai dengan jam 05.00 sore.
Selain dari pihak LPTP , turut hadir juga para petani,
Penyuluh Pertanian yang bertugas di Kecamatan Toapaya, serta peneliti dari
Balitsa. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan pelatihan tersebut berjumlah
25 orang. Kegiatan pelatihan ini dilakukan melalui ceramah dan diskusi . Dalam
kesempatan tersebut narasumber menyampaikan bahwa untuk menghasilkan bibit
Bawang Merah yang baik maka yang harus dilakukan adalah pemeliharaan yang baik juga terhadap tanaman
induknya . Dengan melakukan perawatan yang baik pada tanaman induk maka diharapkan
akan dihasilkan bibit Bawang Merah (umbi) yang berkualitas.
Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari
lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah
dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk
perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan
keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7. Varietas benih untuk budidaya
bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida impor. Bentuk
benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang
merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih.
Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang
dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran
tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan.
Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna
merah tua mengkilap. Kebutuhan benih untuk budidaya bawang werah tergantung
dengan varietas, ukuran benih dan jarak tanam. Untuk jarak tanam 20×20 dengan
bobot umbi 5 gram dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang
sama dengan jarak tanam 15×15 dibutuhkan 2,4 ton per hektar.
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter,
tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan
50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm,
gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak
melengkung. Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila
keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2
minggu sebelum tanam.
Gunakan 15-20 ton pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas
bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA,
SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur
pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum
bedengan ditanami. Siapkan benih atau umbi bawang merah yang siap tanam.
Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemotesan terlebih dahulu.
Pemotesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk
memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman.
Jarak tanam untuk budidaya bawang merah pada saat
musim kemarau dipadatkan hingga 15×15 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya
dibuat hingga 20×20 cm. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan
seluruh bagian umbi kedalam tanah. Penyiraman pada budidaya bawang merah
hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga
tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa dikurangi
hingga satu hari sekali.
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang
merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl
yang diaduk rata. Komposisi masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112
kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu
ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar.
Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman.
Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua
kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan
bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila serangan gulma
menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.
Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama
dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi
adalah hama ulat dan penyakit layu. Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak
putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini
ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk
dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan
sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5%
per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.
Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan.
Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk.
Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya.
Penyemprotan bisa menggunakan fungsida.
Ciri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila
60-70% daun sudah mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak.
Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%. Budidaya
bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam.
Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan,
iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah
berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar. Umbi
bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran
penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3
hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau
dipasarkan. ( Oleh, Syahrinaldi, SP, Penyuluh Pertanian pada BPPKP Kabupaten
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau)