Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi
Kepulauan Riau mengadakan kegiatan workshop tentang Rekomendasi Teknlogi
Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Kalender Tanam. Kegiatan ini dilakukan untuk menyebarkan
informasi tentang pengelolan tanaman terpadu untuk komoditi Jagung, Kedelai. Kepada para Penyuluh Pertanian Lapangan dan
Petani . Dari kegiatan ini diharapkan nanti informasi tentang Pengelolaan
Tanaman Terpadu dan Kalender Tanam ini bisa diterapkan di lapangan.
Kemudian terkait
adanya fenomena perubahan iklim maka
para Penyuluh Pertanian Lapangan di dorong untuk menyusun KATAM (Kalender
Tanam) di wilayah kerjanya masing-masing dan kemudian Penyuluh Pertanian perlu
mensosialisasikannya kepada kelompok tani di lapangan.
Workshop tentang rekomendasi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu dan KATAM ini
dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang. Kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal 24 April 2014 dan di hadiri sebanyak 30 orang peserta.
Selain dihadiri oleh Penyuluh Pertanian dan kelompok tani
juga turut hadir BMKG kota Tanjungpinang. Dalam kesempatan tersebut BMKG
memberikan informasi tentang cuaca dan fenomena perubahan iklim.
Sehubungan dengan sedang terjadinya perubahan iklim maka
sangat penting sekali di susun KATAM di tingkat desa dan kecamatan. Dengan
adanya KATAM, ini bisa menjadi pedoman bagi petani kapan mereka akan menanam
dan kapan mereka akan panen dengan memperhatikan keadaan musim.
Perubahan iklim merupakan gejala
alam yang telah terjadi di tingkat global, regional, maupun lokal. Salah satu
dampaknya adalah perubahan awal dan akhir musim tanam yang sangat berpengaruh
terhadap pola tanam, luas tanam, dan produksi tanaman.
Akibat perubahan iklim, hampir
setiap tahun petani berhadapan dengan pergeseran musim terkait dengan perubahan
pola curah hujan. Selain itu, tidak jarang pula petani berhadapan dengan
kondisi iklim yang ekstrim, baik kering (El-Nino) maupun basah (La-Nina).
Kondisi iklim tersebut, memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berakibat pada penurunan produksi
tanaman, bahkan gagal panen.
Perubahan pola curah hujan harus
menjadi perhatian serius dalam mengatur pola termasuk waktu dan luas tanam,
agar kesinambungan produksi dan kemandirian pangan nasional tidak terancam.
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu adalah
pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang
prediksi musim, awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah
rawan kekeringan dan banjir, potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan
kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah hujan
dan rawa) berdasarkan prakiraan iklim.
Mendukung upaya “pengamanan” dan “peningkatan”
produksi pangan dalam kerangka “Program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN), dan Ketahanan Pangan Nasional, termasuk pencapaian surplus 10 juta ton
beras tahun 2014.
Kalender Tanam ini memiliki banyak manfaat yaitu, (1) Menentukan waktu tanam setiap musim
(MH, MK-1 dan MK-2), (2) Menentukan pola tanam, rotasi tanam dan rekomendasi
teknologi pada skala kecamatan, (3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung
sistem perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, (4) Mengurangi resiko
penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat banjir,
kekeringan dan serangan OPT. (5) Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu disusun secara sederhana agar mudah dipahami
oleh pemangku kepentingan, penyuluh, dan kelompok tani dalam mengatur kalender
dan pola tanam sesuai dengan kondisi iklim.
Adapun keunggulan dari Kalender
Tanam ini adalah, (1) Dinamis, disusun
berdasarkan prediksi iklim musiman dan tahunan, (2) Operasional dan spesifik lokasi, didasarkan
pada potensi sumberdaya iklim dan air, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat
kecamatan, (3) Terpadu, diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk,
benih, PHT), (4) Mudah diperbaharui, (5)
Mudah dipahami pengguna. (Oleh, Syahrinaldi, BPPKP Kabupaten Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau)