Loka
Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau mengadakan kegiatan Workshop penyuluh ,
ekspose, bazar, teknologi hasil
pertanian berbasis kepulauan. Kegiatan Workshop ini dilaksanakan untuk
menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh LPTP Provinsi
Kepulauan Riau yang telah dihasilkan selama ini. Acara Workshop ini
dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang, dan berlangsung pada tanggal 26 – 28
September 2016.
Kegiatan
Workshop penyuluh , ekspose, bazar,
teknologi hasil pertanian berbasis kepulauan ini di buka oleh Kepala
Dinas Pertanian , Kehutanan, Peternakan Provinsi Kepulauan Riau yang mewakili Gubernur Kepulauan Riau. Acara
pembukaan Workshop dilaksanakan di halaman gedung LPTP Provinsi Kepulauan Riau.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut
adalah para Penyuluh Pertanian Lapangan yang berasal dari kabupaten/kota di lingkungan Provinsi
Kepulauan Riau.
Untuk
kegiatan Bazarnya cukup ramai di kunjungi oleh warga sekitar yang ingin membeli
produk-produk yang dipamerkan, misalnya produk hortikultura.
Terkait
dengan kegiatan Workshop maka ini dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang.
Dalam acara tersebut Narasumber menyampaikan bahwa Penyuluhan pertanian merupakan
suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan petani. Efektivitas penyuluhan pertanian ditentukan oleh
komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian, diantaranya yaitu
bagaimana memilih metode penyuluhan pertanian yang baik.
Metode yang efektif harus dipilih
dan ditetapkan berdasarkan karakteristik sasaran, sumberdaya yang dimiliki,
materi, dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam menerapkan metode penyuluhan
pertanian terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti oleh penyuluh pertanian
sehingga metode menjadi efektif. Berkaitan dengan itu, diperlukan kompetensi
menerapkan metode penyuluhan pertanian.
Adapun tujuan metode penyuluhan
pertanian adalah untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan pertanian dengan
pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sasarannya, dimana penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau
kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasil guna.
Dengan demikian kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk
menimbulkan perubahan yang dikehendaki.
Metode Penyuluhan Pertanian adalah
cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh
pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun
tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru.
Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh
perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan,
menyajikan, dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode-kode yang
digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling
banyak digunakan yaitu bahasa.
Dengan demikian tujuan pemilihan
metode penyuluhan adalah: 1) agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu
metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasilguna, 2) agar
kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan
yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya
dapat berdayaguna dan berhasilguna.
Menurut Mardikanto (1999) menyatakan
bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran,
maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut, (1) Mengerjakan;
artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
menerapkan sesuatu. (2) Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan
dampak yang memberi pengaruh baik. (3) Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan
harus saling terkait dengan kegiatan lainnya. Misalnya apabila seorang
petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama,
maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian disampaikan
bermacam-macam informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pertanian, karena penggunaan teknologi membawa manfaat yang sangat banyak untuk kemajuan pertanian.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui
kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (Mulyandari 2005),
khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya
adalah, (1). Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di
tingkat lokal dan nasional. (2). Membuka akses petani terhadap informasi
pertanian untuk Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara
pencapaiannya, Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya,
(3). Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal. (4). Memfasilitasi
dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang
dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan
marjinal.
Petani perlu memanfaatkan dengan
optimal teknologi-teknologi alternatif tersebut sehingga mereka tidak
ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan pertaniannya. Informasi yang
didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan dalam budidaya maupun pengolahan
pasca panen. Tentu saja hal yang kita harapkan adalah peningkatan produktivitas
dan nilai tambah yang merupakan ciri pertanian modern dapat tercapai.
Keterlibatan dari penyedia informasi
tentu sangat penting. Universitas-universitas, lembaga penelitian di bidang
pertanian, LSM, dan pemerintah harus secara proaktif menyediakan
layanan-layanan informasi melalui internet yang saat ini cukup murah dan
terjangkau dari sisi penyedia informasi. Permasalahannya adalah kita harus
bersama-sama saling melengkapi untuk memberikan yang terbaik bagi para petani
kita, agar kesejahteraan mereka meningkat.
Letak geografis Provinsi Kepulauan
Riau yang berpulau-pulau (kepulauan) maka ini merupakan sebuah tantangan dalam
menyebarkan informasi teknologi pertanian ke kelompok tani. Sehingga perlu
dibuat sebuah terobosan agar informasi teknologi pertanian bisa sampai ke
kelompok tani, salah satu terobosan yang patut dikembangkan adalah dengan
menggunakan internet. Dari suatu survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga
diketahui bahwa 74% petani kita memiliki HP dan dari 74% itu , ada sekitar 12%
petani kita yang menggunakannya untuk akses internet. Walaupun jumlahnya masih kecil (sekitar 12%)
tetapi kedepan penggunaan internet untuk menyebarkan informasi teknologi
pertanian bisa menjadi alternatif yang cukup penting karena adanya
kecenderungan bahwa jumlah pengguna internet tiap tahunnya akan selalu
bertambah. Jadi ini adalah peluang dan sekaligus tantangan bagi kita semua. (Oleh
: Syahrinaldi, BPPKP Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar