Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan (BPPKP) Kabupaten Bintan, mengadakan kegiatan Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) untuk para petani di kabupaten Bintan. Kegiatan SL-PHT ini dilaksanakan dengan
tujuan agar para petani memiliki pengetahuan dalam pengendalian hama
terpadu sehingga dengan berbekal
pengetahuan tersebut mereka bisa dan mampu mengendalikan serangan hama jika sekiranya nanti terjadi serangan hama
dan penyakit di lahan pertanian mereka masing-masing.
Untuk acara
pembukaan kegiatan SL-PHT ini
dilakukan di kantor Desa Toapaya Utara , Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau. Kemudian untuk kegiatan selanjutnya dilaksanakan di
lapangan di lahan milik petani yaitu di
Kecamatan Toapaya, Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan Bintan Timur.
Kegiatan SL-PHT ini dilaksanakan pada
tanggal 11 April – 6 Juni 2013 , dimana untuk kegiatan lapangan dilaksanakan
selama 8 kali pertemuan. Kegiatan SL-PHT
ini di buka oleh Bapak Ir. Jhon Kenedi, Kepala Bidang Kelembagaan dan
Pengembangan SDM pada BPPKP Kabupaten Bintan dan juga dihadiri oleh Bapak
Wagino, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan , dan juga
dihadiri oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan di lingkungan BPPKP Kabupaten
Bintan. Sementara itu para pesertanya berjumlah 75 orang
berasal dari petani – petani yang ada di Kabupaten bintan .
Tujuan Pelaksanaan SL-PHT adalah pendekatan dalam pengelolaan
lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara
terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan
petani, dan kelestarian lingkungan. Prinsipnya , a. SL-PHT mencakup empat unsur,
yaitu integrasi, interaksi, dinamis dan partisipatif. b. SL-PHT
mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan Iklim untuk mampu
meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat
yang sebesar- besarnya bagi petani.
Komponen teknologi
dasar adalah komponen teknologi yang relative dapat berlaku umum di wilayah
yang luas, antara lain, a. Varietas modern Varietas Unggul baru(VUB), Varietas
Unggul hibrida (VUH), dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) b. Bibit bermutu dan
sehat (perlakuan benih) c. Pemupukan efisien menggunakan Bagan Warna Daun
(BWD), d. Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) tentang pemupukan spesifik lokasi.
e. PHT sesuai OPT sasaran .
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan setempat, maka proses pemilihannya didasarkan pada hasil analisis potensi,
kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA (Participatory Rural Apraisal)
Dari PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi
pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan
penerapan teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat.
Definisi SL-PHT adalah bentuk sekolah yang seluruh
proses belajar – mengajarnya dilakukan di lapangan . Hamparan kebun milik
petani peserta program penerapan SL
disebut hamparan SL-PHT, sedangkan hamparan kebun tempat praktek SL
disebut Laboratorium Lapang (LL). Sekolah Lapang seolah – olah menjadikan
petani peserta sebagai murid dan Pemandu Lapang (PL I atau PL II) sebagai guru.
Namun pada Sekolah Lapang tidak dibedakan antara guru
dan murid, karena aspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara guru
dan murid saling memberi pengetahuan. SL-PHT juga mempunyai kurikulum, evaluasi
Pra dan Pasca kegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PHT dimulai perlu dilakukan registrasi
terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan kebun garapan, pembukuan ,
dan studi banding atau kunjungan lapangan (field trip) . Tujuan Utama SL-PHT
adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau nara
sumber lainnya. Narasumber memberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah
dikembangkan kepada pemandu lapang. Melalui SL-PHT diharapkan terjadi
percepatan ,penyebaran teknologi dari peneliti ke petani peserta dan kemudian
berlangsung difusi (penyebaran) secara
alamiah dari alumni SL-PHT kepada petani di sekitarnya.
Oleh karena itu petani peserta SL-PHT akan
menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menerapkan teknologi di lapangan dan
hanya sebagian kecil waktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang
terkait dengan usaha tani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani dan pemasaran
hasil. Sesuai dengan motto petani SL-PHT ”Mendengar, Saya lupa; melihat, saya
ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai” maka setiap
kegiatan yang di lakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh
karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah
dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindak lanjutinya. kesimpulan yang telah
dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan dan atau pengembangan
teknologi.
Pengkajian agroekosistem kebun SL-PHT dicirikan dengan
adanya pertemuan petani peserta dalam periode tertentu, mingguan atau dua mingguan,
bergantung kepada pengalaman mereka setelah mengamati perubahan ekosisitem pekebunan.
Aktivitas minggun berupa monitoring yang hasilnya diperlukan dalam pengambilan
keputusan. Untuk itu petani peserta SL-PHT perlu didorong untuk membiasakan
diri menganalisis ekosisten dan mengkaji produktifitas dan efektivitas
teknologi yang dicoba pada petak laboratorium lapang dan menerapkannya di lahan
sendiri . Metode belajar praktis Aktifitas SL-PHT perlu dirancang sedemikian
rupa agar petani mudah memahami masalah yang dihadapi dilapangan dan menetapkan
teknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya ,
bagai mana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurang pupuk, hubungan antara
iklim dan keberadaan OPT, atau bagai mana mereka dapat mengetahui kesuburan
tanah. Dalam memberikan panduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PHT
harus mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mudah dipahami
petani.
Kurikulum dirancang
atas dasar analisis keterampilan yang perlu dimiliki petani SL-PHT agar mereka
dapat memahami dan menerapkan SL-PHT di lahan sendiri dan mengembangkannya
kepada petani lainnya. Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PHT juga
memperoleh kecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamika kelompok,
pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal ini penting artinya mampu
memotivasi dan membantu kelompok tani. Prinsip Pendidikan dalam SL-PHT Agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PHT hendaknya dilaksanakan
berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu materi pendidikan yang akan diberikan
dalam SL-PHT mencakup Aspek yang diperlukan oleh kelompok tani di wilayah
pengembangan SL-PHT. (Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian Pada BPPKP
Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar