Supaya diperoleh
hasil mutu benih yang baik, memperkecil risiko pecahnya polong di lapang, serta
menghindari biji bercendawan, panen kedelai sebaiknya dilakukan segera setelah
kadar air biji di bawah 18% basis basah (bb), sebelum terjadi pembasahan
kembali oleh hujan. Keadaan demikian dapat diperoleh dari pertanaman musim
kemarau atau di daerah kering. Dari pertanaman musim hujan, kedelai brangkasan
dapat dikeringkan dengan alat pengering buatan dengan suhu udara pengering
40-45°C .
Waktu panan umur
tanaman kedelai bisa jadi patokan (Tabel 1). Keanekaragaman umur panen
disebabkan antara lain oleh perbedaan musim tanam, tinggi tempat, suhu udara,
dan ketersediaan air. Pelaksanaan panen dapat dilakukan dengan sabit tajam atau
bergerigi dengan memotong pangkal batang. Cara panen ini lebih menguntungkan
dibandingkan dengan cara dicabut, karena cepat, dapat diterapkan pada kondisi
kering maupun basah, Rhizobium tetap tertinggal dalam tanah dan brangkasan
bersih dari tanah.
Untuk mempercepat
proses panen, alat panen kedelai dengan tenaga traktor tangan sudah mulai
dikembangkan. Hasil penelitian di Thailand menunjukan bahwa modifikasi alat
panen padi menjadi alat panen kedelai dapat menekan kehilangan hasil dari 13,2%
menjadi 6,3% pada kapasitas 0,083 ha/jam. Alat pemanenan tersebut mencapai
titik impas pada luas areal panen 20 ha/tahun (Vejasit et al. 1995). Thailand
sudah mengembangkan alat khusus untuk kedelai yang kapasitas lapangnya sekitar
enam kali dari panen secara manual, alat panen kedelai tersebut menggunakan
tenaga traktor tangan.
Kedelai banyak ditanam
oleh petani Indonesia karena merupakan bahan makanan penting yaitu sebagai
sumber protein nabati. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco,
susu kedelai, tepung kedelai, dan lain-lain. Disamping itu kedelai juga bisa
digunakan sebagai makanan ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai
dan ampas tahu. Selama ini, penanganan pasca panen kedelai belum banyak
mendapat perhatian sehingga kehilangan hasil sebagai susut tercecer masih
tinggi dan mutu hasil masih rendah, untuk itu perlu penanganan pasca panen yang
baik sehingga dapat mempertahankan potensi kuantitas dan kualitas hasil.
Penanganan pasca panen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan, pengeringan brangkasan, perontokan/pembijian, pembersihan biji, pengeringan biji, pengemasan dan penyimpanan. Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari (tergantung varietasnya).
Penentuan saat panen merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan penanganan pasca panen kedelai karena berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil panennya. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan.
Penentuan saat panen kedelai juga dapat dilakukan berdasarkan : (1) deskripsi varietas kedelai; (2) kadar air yang diukur dengan alat ukur kadar air (Moisture Tester); (3) kenampakan fisik. Secara visual umur panen yang tepat ditandai dengan : (1)daun berwarna kuning dan rontok; (2) batang telah kering; (3) polong kering, berwarna coklat dan pecah. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut : (1) rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya; (2) jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air tinggi yaitu susut panen pada kadar air rendah mencapai 6%, sedangkan pada kadar air tinggi dapat mencapai 13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.
Kedelai dipanen dengan
dua cara yaitu (1) dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya
yaitu ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi
tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati
karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak
dianjurkan, karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang; (2)
dengan cara memotong, yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa
dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa
ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan
bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.
Ada lima tahapan penanganan pasca panen kedelai yaitu: (1) Pengeringan Brangkasan. Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur, tidak ditunda terlalu lama. Dalam proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan menggunakan para-para. Pengeringan secara alami brangkasan kedelai dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan dengan dijemur diatas tikar, anyaman bambu, atau menggunakan alas plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna gelap/hitam untuk mempercepat pengeringan. Pengeringan dilakukan selama 3-7 hari bila cuacanya baik, semua buah yang masih menempel pada batang diusahakan di jemur di tempat penjemuran.
Agar kedelai kering
sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali,
hal ini menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji
terlepas dari polongnya. Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih
dijemur secara terpisah. Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% - 15% dan di
pagi hari pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen
tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan, untuk
mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi.
Pengeringan dengan
para-para dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim hujan.
Para-para dibuat bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata di atas
para-para tersebut. Dari bawah dialirkan udara panas dengan cara membakar
sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar
airnya telah mencapai kurang lebih 18%. (2) Perontokan/pembijian. Ada beberapa
cara memisahkan biji dari kulit polongan yaitu dengan cara: a) memukul-mukul
tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu/karet ban dalam sepeda/
kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah; b) brangkasan kedelai sebelum
dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung atau dihamparkan dengan tebal 20 cm;
atau c) menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa digunakan untuk
merontokkan padi. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih
400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak
terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan
peralatan tidak dapat bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah, brangkasan
disingkirkan.
(3) Pembersihan biji
kedelai. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran
lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga bisa dilakukan
dengan menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini merupakan kombinasi
antara ayakan dengan blower. (4) Pengeringan biji kedelai. Biji yang bersih
selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnnya 9% - 11%. (5) Pengemasan, dan
penyimpanan. Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan
penyakit.
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan
dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam
karung goni/plastik. Karung yang digunakan harus diberi label berupa tulisan
yang dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas. Karung-karung ini ditumpuk
pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau
lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 - 3 bulan
sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% - 11%. Apabila diangkut
pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat. Tempat
penyimpanan haruslah teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji kedelai
yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 - 14 %. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau ).
Sumber : cybex pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar