Minggu, 30 Oktober 2016

WORKSHOP PENYULUH , EKSPOSE DAN BAZAR TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN BERBASIS KEPULAUAN




Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau  mengadakan kegiatan Workshop penyuluh , ekspose, bazar,  teknologi hasil pertanian berbasis kepulauan. Kegiatan Workshop ini dilaksanakan untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh LPTP Provinsi Kepulauan Riau yang telah dihasilkan selama ini. Acara Workshop ini dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang, dan berlangsung pada tanggal 26 – 28 September 2016.
Kegiatan Workshop penyuluh , ekspose, bazar,  teknologi hasil pertanian  berbasis kepulauan ini di buka oleh Kepala Dinas Pertanian , Kehutanan, Peternakan Provinsi Kepulauan Riau yang  mewakili Gubernur Kepulauan Riau. Acara pembukaan Workshop dilaksanakan di halaman gedung LPTP Provinsi Kepulauan Riau.  Turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah para Penyuluh Pertanian Lapangan yang berasal dari  kabupaten/kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk kegiatan Bazarnya cukup ramai di kunjungi oleh warga sekitar yang ingin membeli produk-produk yang dipamerkan, misalnya produk hortikultura.  
Terkait dengan kegiatan Workshop maka ini dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang. Dalam acara tersebut Narasumber menyampaikan bahwa  Penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Efektivitas penyuluhan pertanian ditentukan oleh komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian, diantaranya yaitu  bagaimana  memilih metode penyuluhan pertanian yang baik.
Metode yang efektif harus dipilih dan ditetapkan berdasarkan karakteristik sasaran, sumberdaya yang dimiliki, materi, dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam menerapkan metode penyuluhan pertanian terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti oleh penyuluh pertanian sehingga metode menjadi efektif. Berkaitan dengan itu, diperlukan kompetensi menerapkan metode penyuluhan pertanian.
Adapun tujuan metode penyuluhan pertanian adalah untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan pertanian dengan pemilihan metode  yang tepat, sesuai  dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya, dimana penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa  metode  yang tepat  dan berhasil  guna. Dengan demikian kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk  menimbulkan perubahan yang dikehendaki.
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan, dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan  kode-kode  yang digunakan  pada pesan.  Simbol yang mudah diamati  dan paling banyak digunakan  yaitu bahasa. 
Dengan demikian tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah: 1) agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasilguna, 2) agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki  yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdayaguna dan berhasilguna.
Menurut Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut, (1) Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu. (2) Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik. (3) Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.  Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian disampaikan bermacam-macam informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, karena penggunaan teknologi  membawa manfaat yang sangat  banyak untuk kemajuan  pertanian.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi  (Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah, (1). Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional. (2). Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya, Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, (3).  Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal. (4).   Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
Petani perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologi alternatif tersebut sehingga mereka tidak ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan pertaniannya. Informasi yang didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan dalam budidaya maupun pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita harapkan adalah peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri pertanian modern dapat tercapai.
Keterlibatan dari penyedia informasi tentu sangat penting. Universitas-universitas, lembaga penelitian di bidang pertanian, LSM, dan pemerintah harus secara proaktif menyediakan layanan-layanan informasi melalui internet yang saat ini cukup murah dan terjangkau dari sisi penyedia informasi. Permasalahannya adalah kita harus bersama-sama saling melengkapi untuk memberikan yang terbaik bagi para petani kita, agar kesejahteraan mereka meningkat.
Letak geografis Provinsi Kepulauan Riau yang berpulau-pulau (kepulauan) maka ini merupakan sebuah tantangan dalam menyebarkan informasi teknologi pertanian ke kelompok tani. Sehingga perlu dibuat sebuah terobosan agar informasi teknologi pertanian bisa sampai ke kelompok tani, salah satu terobosan yang patut dikembangkan adalah dengan menggunakan internet. Dari suatu survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga diketahui bahwa 74% petani kita memiliki HP dan dari 74% itu , ada sekitar 12% petani kita yang menggunakannya untuk akses internet.  Walaupun jumlahnya masih kecil (sekitar 12%) tetapi kedepan penggunaan internet untuk menyebarkan informasi teknologi pertanian bisa menjadi alternatif yang cukup penting karena adanya kecenderungan bahwa jumlah pengguna internet tiap tahunnya akan selalu bertambah. Jadi ini adalah peluang dan sekaligus tantangan bagi kita semua. (Oleh : Syahrinaldi, BPPKP Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau).


Rabu, 13 April 2016

PELATIHAN PEMBIBITAN TANAMAN BAWANG MERAH


 
Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi kepulauan Riau mengadakan kegiatan pelatihan pembibitan Bawang Merah. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan agar petani Bawang Merah bisa menghasilkan bibit Bawang Merah sendiri , sehingga mereka tidak lagi tergantung pada bibit yang saat ini masih didatangkan dari luar.
Kegiatan pelatihan pembibitan Bawang Merah ini dilaksanakan di kelompok tani Makaryo Kelurahan Toapaya Asri , Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.  Kegiatan ini diadakan pada hari Jum’at, 11 September 2015. Kegiatan pelatihan ini berlangsung selama 1 hari mulai dari jam 8.30 sampai dengan jam 05.00 sore.
Selain dari pihak LPTP , turut hadir juga para petani, Penyuluh Pertanian yang bertugas di Kecamatan Toapaya, serta peneliti dari Balitsa. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan pelatihan tersebut berjumlah 25 orang. Kegiatan pelatihan ini dilakukan melalui ceramah dan diskusi . Dalam kesempatan tersebut narasumber menyampaikan bahwa untuk menghasilkan bibit Bawang Merah yang baik maka yang harus dilakukan adalah  pemeliharaan yang baik juga terhadap tanaman induknya . Dengan melakukan perawatan yang baik pada tanaman induk maka diharapkan akan dihasilkan bibit Bawang Merah (umbi) yang berkualitas.  
Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7. Varietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida impor. Bentuk benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih.
Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap. Kebutuhan benih untuk budidaya bawang werah tergantung dengan varietas, ukuran benih dan jarak tanam. Untuk jarak tanam 20×20 dengan bobot umbi 5 gram dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang sama dengan jarak tanam 15×15 dibutuhkan 2,4 ton per hektar.
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung. Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.
Gunakan 15-20 ton pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami. Siapkan benih atau umbi bawang merah yang siap tanam. Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemotesan terlebih dahulu. Pemotesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman.
Jarak tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim kemarau dipadatkan hingga 15×15 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya dibuat hingga 20×20 cm. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah. Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman.
Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.
Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu. Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.
Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsida.
Ciri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%. Budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar. Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau dipasarkan. ( Oleh, Syahrinaldi, SP, Penyuluh Pertanian pada BPPKP Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau)