Rabu, 31 Desember 2014

WORKSHOP KALENDER TANAM






Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau mengadakan kegiatan workshop tentang Rekomendasi Teknlogi Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Kalender Tanam. Kegiatan ini dilakukan untuk menyebarkan informasi tentang pengelolan tanaman terpadu untuk komoditi Jagung, Kedelai. Kepada para Penyuluh Pertanian Lapangan dan Petani . Dari kegiatan ini diharapkan nanti informasi tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Kalender Tanam ini bisa diterapkan di lapangan.
Kemudian  terkait adanya  fenomena perubahan iklim maka para Penyuluh Pertanian Lapangan di dorong untuk menyusun KATAM (Kalender Tanam) di wilayah kerjanya masing-masing dan kemudian Penyuluh Pertanian perlu mensosialisasikannya kepada kelompok tani di lapangan.
Workshop tentang rekomendasi teknologi  Pengelolaan Tanaman Terpadu dan KATAM ini dilaksanakan di Hotel Plaza Tanjungpinang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 dan di hadiri sebanyak 30 orang peserta.
Selain dihadiri oleh Penyuluh Pertanian dan kelompok tani juga turut hadir BMKG kota Tanjungpinang. Dalam kesempatan tersebut BMKG memberikan informasi tentang cuaca dan fenomena perubahan iklim.
Sehubungan dengan sedang terjadinya perubahan iklim maka sangat penting sekali di susun KATAM di tingkat desa dan kecamatan. Dengan adanya KATAM, ini bisa menjadi pedoman bagi petani kapan mereka akan menanam dan kapan mereka akan panen dengan memperhatikan keadaan musim.
Perubahan iklim merupakan gejala alam yang telah terjadi di tingkat global, regional, maupun lokal. Salah satu dampaknya adalah perubahan awal dan akhir musim tanam yang sangat berpengaruh terhadap pola tanam, luas tanam, dan produksi tanaman.
Akibat perubahan iklim, hampir setiap tahun petani berhadapan dengan pergeseran musim terkait dengan perubahan pola curah hujan. Selain itu, tidak jarang pula petani berhadapan dengan kondisi iklim yang ekstrim, baik kering (El-Nino) maupun basah (La-Nina). Kondisi iklim tersebut, memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berakibat pada penurunan produksi tanaman, bahkan gagal panen.
Perubahan pola curah hujan harus menjadi perhatian serius dalam mengatur pola termasuk waktu dan luas tanam, agar kesinambungan produksi dan kemandirian pangan nasional tidak terancam.
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan kekeringan dan banjir, potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah hujan dan rawa) berdasarkan prakiraan iklim.

Mendukung upaya “pengamanan” dan “peningkatan” produksi pangan dalam kerangka “Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dan Ketahanan Pangan Nasional, termasuk pencapaian surplus 10 juta ton beras tahun 2014.
Kalender Tanam ini memiliki banyak manfaat yaitu,  (1) Menentukan waktu tanam setiap musim (MH, MK-1 dan MK-2), (2) Menentukan pola tanam, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan, (3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung sistem perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, (4) Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT. (5)  Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu disusun secara sederhana agar mudah dipahami oleh pemangku kepentingan, penyuluh, dan kelompok tani dalam mengatur kalender dan pola tanam sesuai dengan kondisi iklim.
Adapun keunggulan dari Kalender Tanam ini adalah, (1) Dinamis,  disusun berdasarkan prediksi iklim musiman dan tahunan, (2)  Operasional dan spesifik lokasi, didasarkan pada potensi sumberdaya iklim dan air, wilayah rawan  bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan, (3) Terpadu, diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih, PHT), (4)  Mudah diperbaharui, (5) Mudah dipahami pengguna. (Oleh, Syahrinaldi, BPPKP Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau)

Kamis, 25 Desember 2014

Lomba Cipta Menu B2SA di Kabupaten Bintan



     



Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bintan bekerjasama dengan Tim penggerak PKK Kabupaten Bintan mengadakan kegiatan Lomba Cipta Menu B2SA (Beragam, Bergizi,  Seimbang  dan Aman). Kegiatan lomba ini dilaksanakan untuk menggalakan pangan non beras, sehingga untuk ke depannya diharapakan masyarakat tidak lagi bergantung pada pangan yang berbahan dasar beras dan pada tahap berikutnya diharapkan tingkat konsumsi beras bisa di kurangi.

Kegiatan lomba ini dilaksanakan di halaman Gedung Nasional Tanjung Uban Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Lomba Cipta Menu B2SA ini dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2014. Sementara itu para peserta yang ikut lomba cipta menu ini adalah berasal dari tim PKK kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan.  Acara Lomba Cipta Menu ini di buka oleh Bapak Bupati Bintan, Bapak Ansar Ahmad, SE. MM, turut hadir para kepala dinas dan kepala badan di lingkungan pemerintah kabupaten Bintan, serta juga hadir Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bintan , Ibu Dewi Kumalasari.

Lomba ini mempunyai arti yang sangat penting mewujudkan ketahanan pangan. Penganerekaragaman pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Melalui lomba inilah masyarakat diajak untuk mengurangi konsumsi beras dan beralih konsumsi non beras dan non terigu, mengolahnya menjadi makanan khas daerah.

 Selama ini masyarakat  masih mengandalkan bahan pangan dari beras. Sementara itu lahan pertanian atau sawah yang produktif semakin hari semakin berkurang, beralih fungsi menjadi bangunan dan gedung. Kalau ini dibiarkan akan lama kelamaan berdampak, berkurangnya produksi pangan beras. Masyarakat dihimbau memanfaatkan pekarangan untuk bisa menghasilkan bahan pangan.    Seperti ubi, sagu dan jagung dengan melakukan inovasi dalam pengolahannya sehingga menjadi makanan yang menarik, bergizi dan berkualitas.

Lomba ini sasarannya kaum ibu-ibu, gunanya memotivasi ibu-ibu tersebut, melahirkan kreativitas dan keterampilan mengolah dan menyajikan makanan yang berbahan non beras dan non terigu. Memanfaatkan bahan pangan yang berasal dari ubi-ubian, jagung dan sagu, mengolahnya menjadi makanan khas daerah. (Oleh : Syahrinaldi,  BPPKP Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.)
     







 

Rabu, 01 Januari 2014

PELATIHAN STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA






Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau mengadakan kegiatan Pelatihan Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk para petugas statistik pertanian di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Kegiatan ini dilakukan bertujuan agar para petugas statistik pertanian bisa  memahami tata cara pengisian form statistik pertanian yang benar , sehingga diharapkan nantinya terkumpul data statistik pertanian yang akurat . Dengan adanya data statistik pertanian yang lengkap maka ini bisa digunakan oleh lembaga atau instansi lain pembuat kebijakan untuk mengeluarkan program-program di bidang pertanian yang lebih tepat sasaran.
Pelatihan statistik tanaman pangan dan hortikultura ini diadakan di Hotel Plaza, Tanjungpinang.  Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 25-27 April 2013.
Sementara itu para peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah para petugas statistik pertanian yang berasal dari BPPKP, Dinas pertanian kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Kegiatan pelatihan statistik pertanian ini dilaksanakan dalam bentuk teori dan praktek. Untuk kegiatan praktek adalah tentang teknik ubinan dan kegiatan praktek ini dilaksanakan di Desa Gunung Kijang dan Desa Gunung Lengkuas Kabupaten Bintan.
Sebagian masyarakat mungkin masih awam dengan istilah pengubinan, jangankan masyarakat awam, para petani pun juga ada yang belum paham sama sekali apa itu pengubinan pada tanaman . Pengubinan merupakan istilah yang biasa digunakan oleh petugas pertanian maupun statistik untuk menghitung secara cepat dan sederhana hasil panen produk pertanian tidak hanya padi  sawah. Namun teknik ini paling umum digunakan untuk memperkirakan potensi hasil gabah dalam luasan 1 hamparan ( 1 Ha ).
Untuk melakukan pengubinan ini ada tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh siapa saja yang ingin menghitung potensi hasil tanamannya.  Prosesnya sangat sederhana, petani pun bisa melakukannya. Proses yang pertama kali harus dilakukan adalah hari yang tepat untuk pengubinan dan diupayakan tanaman  yang akan diubin sudah benar-benar siap untuk dipanen ( fisiologis dan umurnya sudah tepat ). Alat ukur pengubinan juga harus disiapkan, alat berupa besi,besi yang dirangkaikan satu sama lain ukuran  2,5 m  x 2,5 m, beserta alat timbangnya. Kemudian buku panduan BPS untuk mencari random kotak ubinan yang akan di ambil sebagai sampel  perhitungannya.
      Disadari atau tidak cara ini ternyata menyadarkan petani, bahwa mereka bisa mengetahui perkiraan potensi hasil dari tanaman  mereka sebelum mereka menjualnya kepada pengijon.
Melihat hal tersebut dapat disimpulkan  bahwa teknik pengubinan ini secara  tidak langsung bisa menyadarkan petani untuk tidak mengikuti ijon yang terkadang menjerat mereka. Walaupun terkadang secara tidak sadar kegiatan ini hanya sekedar menghitung hitung namun secara sosial hal ini  bisa berdampak perubahan yang sangat baik bagi kesadaran petani yang selama ini masih terjerat pola pikir ijon. Kegiatan ini juga bisa menjadi sarana bagi penyuluh pertanian dalam membuka wawasan pola pikir petani tentang teknologi pertanian, karena metode pengubinan juga menerapkan metode dan teknik teknik yang membutuhkan pembelajaran terlebih dahulu. ( Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian pada BPPKP Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau ).