Rabu, 26 Juni 2019

Hama Utama Tanaman Pisang




Umumnya petani menanam pisang hanya sebagai tanaman sampingan, namun apabila diusahakan secara berkebun akan menjanjikan hasil yang menguntungkan. Tanaman pisang selain buahnya sebagai bahan makanan juga serat dan daunnya pun sangat berguna. Buah pisang juga banyak digemari karena disamping buah segarnya langsung dapat dikonsumsi, juga sebagai bahan pangan lainnya setelah diolah atau dimasak terlebih dahulu.

Beberapa hama yang menyerang tanaman pisang yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), penggerek bonggol (Cosmopoliest sordidus germar), penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema).
 
1. Ulat Penggulung Daun (Erionata thrax L.)
Penyebabnya adalah ulat Erionata thrax. Larva yang baru menetas memakan daun pisang dengan membuat gulungan daun. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam gulungan daun. Daun terpotong-potong karena tergulung dan jika dibiarkan tanaman akan menjadi gundul.

Cara pengendaliannya adalah secara fisik, telur, ulat dan daun yang terkumpul kemudian dilenyapkan, selain itu dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar. Secara teknis daun pisang muda dirobek-robek agar ulat tidak bisa menggulung daun dan secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida beracun kontak maupun beracun perut yang dilakukan saat telur baru saja menetas misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil 250 EC sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan.Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam gulungan daun.

2. Penggerek Bonggol (Cosmopolites sordidus Germar).
Larva penggerek bonggol membuat terowongan pada bonggol pisang yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain seperti Fusarium. Kerusakan berakibat lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan terhenti. Gejala serangan terlihat daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun.

Cara Pengendaliannya yaitu dengan sanitasi lingkungan, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari bonggol pisang, menggunakan musuh alami dan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos dengan dosis seperti tertera pada kemasan.

3. Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv)
Kerusakan akibat hama ini ditandai dengan adanya lubang disepanjang batang semu. Cara pengendaliannya yaitu : dengan sanitasi kebun, menggunakan musuh alami Plaesius javanicus dan penggunaan insektisida berbahan aktif Carbofuran.

4. Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)
Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat binti8k-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah tua. Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai tandan dengan insektisida berbahan aktif monocrotophos.

5. Burik pada Buah (Nacolea octasema)
Serangan hama yang menyebabkan burik buah menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga dan segera setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh pelepah buah. Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.

6. Uret
Penyebabnya adalah hama uret, gejala serangan tampak pada batang yang berlubang hingga ke umbi bagian bawah. Gejala ini bisa tampak pada anakan pisang dan bibit yang masih muda. Pengendalian dilakukan dengan mencelupkan bibit pisang ke dalam larutan insektisida selama 15 menit.

7. Nematoda
Penyebabnya adalah hama Nematoda Radopholus similis, gejala serangan yang nampak tanaman menjadi kerdil, akar tampak berbintik-bintik gelap, buah menjadi sedikit dan kecil-kecil. Pengendalian untuk mencegah nematoda ini diusahakan agar di sekitar tanaman pisang terdapat cacing gelang karena cacing ini bisa menghambat perkembangan nematoda. Dapat digunakan Furadan 3G yang dibenamkan di sekitar tanaman pisang.

8. Kudis Buah Pisang
Penyebabnya adalah ngengat Nicoleia octamena . Gejala yang nampak seperti ada tato atau kudis sehingga kualitas buah turun karena kulit menjadi kasar, bentuk dan ukuran buah menjadi tidak sempurna. Pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida pada jantung pisang yang telah terbuka seludangnya. Jenis insektisida yang efektif adalah Nogos 50 EC atau Basudin 60 EC. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id 

Memproduksi Bibit Tanaman Pisang




Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas yaitu bibit yang bebas hama penyakit dan sehat, jumlahnya harus cukup dan jenisnya sesuai dengan keinginan. Untuk menyediakan bibit pisang dapat memanfaatkan bibit dari rumpun pisang sehat, selain itu bibit dapat diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan.

Teknologi perbanyakan dengan kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar karena biaya investasi awal sangat mahal dan belum dapat memenuhi kebutuhan varietas lokal yang beragam jumlahnya, sehingga pembibitan secara sederhana masih layak untuk diterapkan. Berbagai cara membuat benih pisang telah dikenal baik secara tradisional dan telah turun temurun dilakukan petani dengan memanfaatkan bagian dari rumpun pisang. Ada 4 (empat) macam cara memproduksi benih pisang secara sederhana sesuai dengan jenis bagian dari rumpun yaitu :

1. Anakan langsung, benih pisang berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun. Ini merupakan cara umum yang digunakan oleh petani karena murah dan mudah dilakukan. Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang. Anakan rebung kurang baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak dan terlalu kecil sehingga mudah kekeringan.

Sedangkan anakan dewasa terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap tekanan lingkungan karena telah memiliki daun sempurna. Perlu menjadi perhatian bahwa benih anakan setelah dipisahkan dari induknya harus segera ditanam, jika penanaman terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek bonggol dan meningkatkan kematian benih di kebun.

2. Anakan Semai, benih berasal dari anakan rebung atau anakan yang memiliki bonggol sangat kecil. Anakan disemai terlebih dahulu dalam kantong plastik atau polibag sebelum ditanam di kebun. Sebelum disemai, batang anakan rebung dipotong 5 cm di atas leher bonggol atau berbentuk kerucut. Kemudian bonggol ditanam sedalam leher bonggol dalam polibag berisi media tanam. Untuk melakukan sterilisasi bonggol dapat direndam dalam air hangat 55°C selama 15 menit atau direndam dalam pestisida sesuai anjuran.

Selama 1 bulan pertama, benih diletakkan di tempat teduh dengan penyinaran ±50% dengan perawatan penyiraman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban (cenderung basah). Pada bulan kedua/selanjutnya benih dipindahkan ke tempat terbuka dengan perawatan penyiraman seperti bulan pertama dan disiram larutan Urea 2 gram/liter air setiap 2 minggu sekali. Benih siap ditanam dikebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.

3. Bit Anakan/Mini Bit, benih pisang berasal dari anakan yang terlebih dahulu diinduksi untuk menumbuhkan tunas aksilar (tunas samping). Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Cara membuat bit anakan/mini bit adalah dengan pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga kondisi bonggol masih utuh.

Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm di atas leher bonggol. Pada titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam ± 3 cm menggunakan pisau yang runcing. Pembuangan titik tumbuh berfungsi untuk menghilangkan pengaruh dominasi pertumbuhan oleh tunas apikal sehingga pertumbuhan ke arah mata tunas samping. Setelah dibersihkan bonggol direndam dalam air hangat dengan suhu ±55ºC selama 15 menit, bertujuan untuk meningkatkan jumlah tunas yang tumbuh dan mencegah nematode. Untuk menghindari serangan OPT pada saat perendaman dapat disertai pemberian pestisida sesuai dosis yang dianjurkan.

Untuk merangsang tumbuhnya tunas, bonggol di semai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas dan masing-masing bonggol diberi jarak antara 5 cm kemudian ditimbun campuran tanah, pasir, pupuk kandang setebal ±5 cm. Penimbunan selama 3-5 minggu atau sampai tunas tumbuh. Selama penimbunan kelembaban perlu dijaga dengan penyiraman secukupnya setiap hari terutama bila tidak ada hujan.

Bila tunas telah tumbuh dan daun sudah mencapai 1-2 lembar, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Tunas hasil belahan (bit) disemai/ditransplanting ke polibag ukuran 20x30 cm yang berisi media tanam kemudian diletakkan ditempat teduh/naungan. Setelah berumur 1 bulan benih dipindahkan ketempat terbuka dan siap ditanam ke lapangan bila benih sudah berumur 2 bulan.

4).Bit Bonggol, benih pisang berasal dari mata tunas yang terdapat pada tunggul pisang bekas ditebang. Cara membuatnya : bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak, kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel. Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran ± 10x10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55°C selama 15 menit atau dengan larutan desinfektan selama 15 menit kemudian ditiriskan.

Bit setelah ditiriskan ditanam di polybag ukuran 20x30 cm yang telah diisi media tanah dan pupuk kandang 1:1. Setelah ditanam diletakkan pada tempat teduh/naungan selama 1 bulan dan pada bulan kedua diletakkan ditempat terbuka. Perawatan yang diperlukan adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dengan larutan urea konsentrasi 2 gram/liter air diberikan setiap 2 minggu sekali. Benih yang akan ditanam di kebun berumur 3-4 bulan setelah semai. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau ). Sumber : cybex pertanian.go.id

Syarat Tumbuh Tanaman Pisang




Buah pisang digemari karena rasanya yang enak, umumnya dihidangkan dalam bentuk segar sebagai buah meja, sebagai pencuci mulut sehabis makan, direbus atau diolah menjadi makanan lainnya. Disamping untuk konsumsi segar beberapa kultivar pisang di Indonesia juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pisang, misalnya industri kripik, sale dan tepung pisang. Di Indonesia pisang yang ditanam baik dalam skala rumah tangga ataupun kebun pemeliharaannya kurang intensif, sehingga produksi pisang Indonesia rendah dan tidak mampu bersaing di pasar internasional. Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang.

I. Keadaan Tanaman Pisang
Tanaman pisang berbatang semu lunak yang terbentuk dari kelompok daun dan sifatnya menyimpan air. Batang sesungguhnya pendek sekali berbentuk bonggol (rhizome) dan pada bonggol terdapat banyak mata yang kelak tumbuh menjadi tanaman dan terdapat akar serabut. Batangnya dapat mencapai 3 meter tingginya tergantung jenis dan keadaan lingkungannya. Daunnya tunggal berurat utama cukup kuat tetapi urat samping yang tumbuh sejajar menyirip kurang kuat, sehingga daun mudah sobek sehingga tidak tahan terhadap tiupan angin kencang.

II. Iklim
Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan iklim tropis basah, lembab dan panas yang mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
Kecepatan angin tidak terlalu tinggi, angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering atau 2000-2500 mm/tahun dengan paling tidak 100 mm/bulan. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.

Suhu udara berkisar antara 15-35°C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27°C dan suhu maksimum 38°C. Tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH tanah antara 4,5-7,5 adalah baik untuk pertanaman pisang. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

III. Media Tanam
Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik, tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

IV. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan.Ketinggian tempat tidak lebih dari 1.600 m diatas permukaan laut (dpl). Di Indonesia umumnya pisang juga dapat tumbuh pada dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dari permukaan laut (dpl). Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dari permukaan laut. Walaupun demikian sebetulnya tanaman pisang tidak memerlukan persyaratan yang berat dan bahkan dapat tumbuh baik pada tempat yang terlindung, namun untuk mendapatkan produksi yang tinggi diperlukan pemeliharaan yang intensif.  (Oleh : Syahrinaldi , DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau). Sumber : cybex pertanian.go.id 


Menanam Nanas


 
Umumnya tanaman nanas ditanam dikebun dengan menggunakan lahan tegalan maupun ladang. Lahan yang akan digunakan untuk penanaman nanas untuk pertama kalinya harus dilakukan penebangan pada pohon pohon yang tidak diperlukan. Pembukaan lahan untuk penanaman nanas sebaiknya dilakukan pada musim kemarau dan pengolahan tanahnya dapat dilakukan pada awal musim hujan. Waktu tanam nanas yang paling tepat dilakukan pada awal musim hujan, namun untuk daerah daerah yang kondisi airnya memadai seperti irigasi teknis atau sumber air dekat dengan kebun nanas penanaman nanas dapat dilakukan sepanjang tahun.

Teknik penanaman nanas dapat dilakukan berikut :
1. PERSIAPAN LAHAN KEBUN NANAS
Lahan yang sudah dibersihkan dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan cara mencangkul atau dibajak menggunakan traktor dengan kedalaman 30 - 40 cm sampai struktur tanah gembur. Dan biarkan tanah selama 15 hari agar tanah benar benar matang.

Lakukan pengolahan tanah yang kedua kalinya sambil membuat petakan atau bedengan yang sesuai dengan pilihan sitem tanam. Tinggi petakan maupun bedengan 30 - 40 cm, pada pilihan tanam model petakan perlu dilakukan perataan tanah dan disekeliling petakan harus dibuatkan saluran pembuangan air. Sedangkan pada pilihan sistem bedengan dapat dilakukan pembuatan bedengan selebar 80 - 120 cm, jarak antar bedengan 90 - 150 cm atau disesuaikan dengan sistim pola tanam yang dipilih
.  Lakukan pengapuran tanah dengan dolomit calcit atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan campurkan dengan lapisan tanah atas utamanya pada tanah tanah yang bereaksi asam dengan pH tanah dibawah 4,5 .

Dosis kapur yang digunakan 2 - 4 ton/ hektar. Jika pengapuran dilakukan tidak pada musim hujan, setelah pengapuran segera lakukan penyiraman agar kapur bisa cepat larut.  Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dengan mengacu pada dosis penggunaan pupuk 20 ton/hektar. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara pupuk dicampurkan rata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan perlubang tanam.

2. PEMBUATAN LUBANG TANAM
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan
sistem tanam. Ukuran lubang  tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat
lubang tanam dapat digunakan pacul, tugal atau alat yang lainnya.
Pengaturan lubang tanam pada tanaman nanas ada beberapa sistem model tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi dengan alternatif jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; alternatif pilihan kedua 90 x 30 cm atau jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm.

Sistem baris rangkap dua dapat dipilih jarak tanam 60 x 60 cm,dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm. Pilihan yang kedua jarak tanam yang digunakan 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm.
Sistem baris rangkap tiga dengan pilihan alternatif jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan pilihan jarak tanam yang lainnya 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri kanan dari 3 barisan adalah 90 cm . Sistem baris rangkap empat dengan jarak tanam 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri maupun kanan dari 4 barisan tanaman berkisar 90 cm.

3. CARA PENANAMAN
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Tahapan penanaman sebagai berikut ; 1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam yang dipilih; 2) pilih bibit nanas yang baik dan sehat selanjutnya tanam bibit nanas pada lubang tanam yang sudah disiapkan masing-masing satu bibit per lubang tanam,. 3) tekan atau padatkan tanah di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; 4) lakukan penyiraman pada bibit nanas yang baru ditanam sampai keadaan tanah lembab dan basah; 5) penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit nanas tidak mudah busuk.

4. PENGGUNAAN BIBIT NANAS
Bibit nanas yang akan ditanam dapat menggunakan bibit nanas yang dihasilkan dari pengembangbiakan secara generatif dengan menggunakan biji yang ditumbhkan di persemaian. Namun untuk pembibitan nanas dengan cara vegetatif sangat jarang dipilih karena selain tekniknya yang rumit juga disebabkan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri juga tidak semua jenis nanas menghasilkan biji.

Pembibitan dengan menggunakan biji biasanya dilakukan untuk penelitian guna menghasilkan varietas nanas baru. Umumnya penggunaan bibit tanaman nanas dipilh dari bibit vegetatif yaitu perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian bagian vegetatif berupa bibit tunas akar atau biasa dikenal dengan nama anakan, bibit tunas batang, bibit tunas buah, bibit mahkota buah dan bibit yang berasal dari stek batang. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id