Selasa, 13 Februari 2018

PASCA PANEN TANAMAN KEDELAI






Kedelai banyak ditanam oleh petani Indonesia karena merupakan bahan makanan penting yaitu sebagai sumber protein nabati. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, tepung kedelai, dan lain-lain. Disamping itu kedelai juga bisa digunakan sebagai makanan ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai dan ampas tahu. Selama ini, penanganan pasca panen kedelai belum banyak mendapat perhatian sehingga kehilangan hasil sebagai susut tercecer masih tinggi dan mutu hasil masih rendah, untuk itu perlu penanganan pasca panen yang baik sehingga dapat mempertahankan potensi kuantitas dan kualitas hasil.

Penanganan pasca panen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan, pengeringan brangkasan, perontokan/pembijian, pembersihan biji, pengeringan biji, pengemasan dan penyimpanan.
 Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari (tergantung varietasnya).

Penentuan saat panen merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan penanganan pasca panen kedelai karena berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil panennya. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan.

Penentuan saat panen kedelai juga dapat dilakukan berdasarkan : (1) deskripsi varietas kedelai; (2) kadar air yang diukur dengan alat ukur kadar air (Moisture Tester); (3) kenampakan fisik. Secara visual umur panen yang tepat ditandai dengan : (1)daun berwarna kuning dan rontok; (2) batang telah kering; (3) polong kering, berwarna coklat dan pecah. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut : (1)
rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya; (2) jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air tinggi yaitu susut panen pada kadar air rendah mencapai  6%, sedangkan pada kadar air tinggi dapat mencapai 13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.

Kedelai dipanen dengan dua cara yaitu (1) dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok.  Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang; (2) dengan cara memotong, yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut. ( Oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian di Kec. Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau) 
Sumber : cybex.pertanian.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar