Sistem aplikasi irigasi tepat
guna cukup banyak antara lain: Irigasi basin; Irigasi sistim genangan/ leb
(basin), Irigasi alur (furrow, Irigasi border, Irigasi dengan cara penyiraman,
Irigasi dengan gentong (pitcher irrigation); Irigasi dengan menggunakan botol
berisi air, Irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation, Irigasi dengan alat
penetes sederhana;
Irigasi dengan jaringan
pipadengan gmbaran tehnis sederhana sbb:
1. Irigasi basin; Basin adalah lahan yang datar dan dikelilingi oleh galengan. Galengan ini berfungsi untuk mencegah meluapnya air ke lahan disampingnya. Irigasi basin paling umum untuk mengairi tanaman padi. Metoda ini juga cocok untuk mengairi tanaman tanaman yang tahan terhadap genangan untuk waktu yang relatip lama (12 24 jam). Bentuk basin dilahan yang datar umumnya empat persegi panjang atau bujur sangkar, untuk lahan miring biasanya sesuai dengan kontournya dan untuk tanaman pohon pohonan yang ditanam secara individual umumnya di tanam di basin berbentuk cincin dan persegi.
1. Irigasi basin; Basin adalah lahan yang datar dan dikelilingi oleh galengan. Galengan ini berfungsi untuk mencegah meluapnya air ke lahan disampingnya. Irigasi basin paling umum untuk mengairi tanaman padi. Metoda ini juga cocok untuk mengairi tanaman tanaman yang tahan terhadap genangan untuk waktu yang relatip lama (12 24 jam). Bentuk basin dilahan yang datar umumnya empat persegi panjang atau bujur sangkar, untuk lahan miring biasanya sesuai dengan kontournya dan untuk tanaman pohon pohonan yang ditanam secara individual umumnya di tanam di basin berbentuk cincin dan persegi.
Metoda irigasi ini sangat cocok pada tanah dengan laju
infiltrasi sedang sampai rendah (50 mm/jam atau kurang), dan untuk lahan dengan
kemiringan yang rendah, sehingga alirannya rata dan seragam. Lahan yang
bergelombang atau miring dapat disiapkan untuk irigasi basin, bila memungkinkan
dilakukan perataan tanah sesuai persyaratan yang diperlukan.
Di beberapa daerah,
persyaratan khusus seperti halnya drainase permukaan harus dibuat. Untuk
mengatur air pada kelerengan yang curam dan perlu penterasan diperlukan
terjunan, saluran yang diplester atau perpipaan. Pada basin yang diberikan
debit cukup besar diperlukan bangunan khusus untuk mencegah erosi.
2. Irigasi sistim genangan/
leb (basin), diperuntukkan bagi tanaman padi, jagung, kedelai, jeruk, mangga,
apel, dan sebagainya. Sistem leb dapat digunakan untuk mengairi tanaman secara
berkelompok maupun secara individual/ setiap tanaman (individual basin).
Irigasi system genangan secara berkelompok umumnya digunakan untuk mengairi
tanaman yang ditanam secara berkelompok dalam petak sawah misalnya padi,
jagung, kedelai, semangka, ketimun, dan sebagainya. Sedangkan tanaman yang
ditanam secara individual seperti halnya tanaman mangga, jeruk, apel, dan
sebagainya dapat diairi dengan system basin individual.
3. Irigasi alur (furrow);Alur
adalah saluran kecil, yang membawa air menuruni lereng lahan diantara larikan
larikan tanaman. Air merembes kedalam tanah dan bergerak sepanjang
kelerengannya. Tanaman umumnya ditanam pada guludan yang terletak diantara
alur. Pada umumnya pembuatan guludan/ bedengan di beberapa daerah, khususnya di
Indonesia cukup lebar, sehingga air irigasi dalam alur tidak sampai ke daerah
perakaran tanaman. Untuk itu penyiraman perlu dilakukan. Sistem ini umumnya
digunakan untuk mengairi palawija (jagung, kedelai, dan sebagainya) maupun
tanaman hortikultura (cabai, melon, semangka, dan berbagai jenis sayur-sayur
Sedangkan bentuk alur yang
biasa dibuat pada lahan yang datar umumnya lurus, sedangkan dilahan yang miring
sesuai dengan kontournya. Cara ini cocok untuk tanaman larikan dan untuk
tanaman yang tidak tahan genangan dalam waktu relatip lama (12 24 jam).
Pengaliran air dari saluran kedalam alur dapat dilakukan dengan menjebol
tanggul, siphon ataupun pipa yang ditanam menembus tanggul saluran. Irigasi
alur ini cocok untuk tanah yang bertekstur sedang sampai cukup halus dimana
kapasitas menahan air (water holding capacity) dan konduktivitasnya relatip
tinggi, yang memungkinkan gerakan air dalam arah mendatar dan tegak.
Cara ini juga cocok untuk tanah-tanah yang
mempunyai tekstur halus dengan permeabilitas sangat lambat pada lokasi yang
memungkinkan air terbendung / tergenang. Agar irigasi furrow dapat
efisien pada jenis tanah yang bertekstur kasar perlu dibuat furrow yang pendek
dengan waktu pemberian air yang pendek, jarak larikan yang relatip rapat dan
debit pemberian air yang kecil. Kemiringan dari furrow harus dibatasi
sedemikian rupa sehingga kehilangan tanah akibat aliran permukaan atau aliran
air irigasi masih dalam batas yang diijinkan.
Kemiringan furrow harus 1%
atau kurang, tetapi dapat sampai 3% untuk daerah kering dimana erosi sebagai
akibat dari curah hujan tidak membahayakan. Untuk menjamin adanya drainase yang
sesuai maka kemiringan furrow minimum dibuat 0,03-0,5%.
4. Irigasi border; Lahan yang
diairi dengan cara border dibagi kedalam lajur lajur miring kecil dan di
pinggir lajur ini dibuat galengan yang sejajar/tanggul border. Bagian hilir
dari lajur ini umumnya tidak tertutup. Air masuk dari bagian hulu mengalir
sebagai lapisan tipis di sepanjang lajur. Debit air harus diberikan sedemikian
rupa sehingga volume air yang diinginkan diberikan kelajur pada suatu waktu
sama dengan atau lebih kecil dari yang diperlukan tanah untuk menyerap jumlah
air bersih yang diperlukan.
Air yang tidak diinfiltrasikan disimpan sementara
dipermukaan tanah dan bergerak menuruni lajur sampai proses irigasi selesai.
Untuk menghindari keluarnya air dari lajur, maka pada ujung akhir (bagian
hilir) lajur dapat ditutup, sehingga air dapat meresap sepanjang lajur. Metoda
ini cocok untuk mengairi tanaman yang rapat (padi padian, legume, biji bijian),
anggur dan buah buahan lainnya.Seperti halnya pada sistim irigasi alur, pada
sistim border ini juga dikenal border yang lurus dan yang sesuai dengan
kontournya.
Cara ini jarang digunakan pada tanah pasiran yang kasar
dengan laju infiltrasi sangat tinggi, karena menyebabkan perkolasi dalam yang
berlebihan kecuali bila panjang lajurnya sangat pendek. Metoda ini juga tidak
cocok untuk tanah dengan laju infiltrasi sangat rendah karena untuk mengairi
seluruh lajur diperlukan waktu yang yang cukup lama dengan debit menjadi sangat
kecil, dan bila debitnya diperbesar akan terjadi kehilangan air karena terjadi
aliran permukaan.Irigasi border paling sesuai untuk lahan dengan kemiringan
kurang dari 0,5%.
5. Irigasi dengan cara
penyiraman, umumnya dilakukan melalui penyiraman langsung ke tanamannya dengan
alat penyiram sederhana, misalnya gayung, ember, gembor, dan sebagainya. Cara
ini bias untuk mengairi hampir semua jenis tanaman palawija maupun hortikultura
seperti tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, maupun buah-buahan.
6. Irigasi dengan gentong
(pitcher irrigation); Terutama pada lahan-lahan pasiran, pemberian air dengan
menempatkan gentong berisi air dari tanah liat (diberikan penutup bagian atasnya)
biasa dilakukan karena dapat mengairi tanaman didekatnya dengan cukup efektip
dan efisien. Besarnya debit air yang keluar dari gentong tergantung dari ukuran
pori-pori dari gentong tersebut. Sedangkan jarak antara gentong dengan tanaman
yang diairi tergantung dari jenis tekstur tanahnya, makin kasar teksturnya,
makin dekat dan sebaliknya. Beberapa jenis tanaman yang biasa diairi dengan
cara ini antara lain tomat, cabai, kubis, terung, dan beberapa jenis sayuran
lainnya. Cara ini sangat efektif terutama dapat menghemat air karena penguapan
di permukaan tanah.
7. Irigasi dengan menggunakan
botol berisi air; dipasang terbalik yang ditanam dalam tanah.Penempatan botol
berisi air dengan mulut botol di bagian bawah adalah dekat daerah perakaran.
Cara ini menggunakan prinsip matric potential. Pada bagian dalam botol diatas
air akan terjadi hampa udara (vacuum), dengan adanya udara dari perakaran
menjadikaan bagian atas botol tadi tidak vaccum dan air sedikit demi sedikit
keluar melalui mulut botol.
8. Irigasi bawah permukaan
(subsurface irrigation); Sistem irigasi bawah permukaan yang paling sederhana
adalah dengan menggunakan pipa-pipa dari tanah liat. Air dialirkan kedalam
jaringan pipa-pipa dari tanah liat yang dipasang sesuai dengan larikan
tanamannya. Keluarnya air dari dalam pipa bisa berasal dari pori-pori pipa itu
sendiri ataupun dari sambungan antar pipa yang umumnya dipasang ijuk. Oleh
karena itu letak dan jarak tanaman dari pipa maupun larikannya harus
disesuaikan dengan jaringan pipa yang ada. Disamping dari tanah liat, pipa
tersebut juga dapat dibuat dari bambu. bawah permukaan (subsurface irrigation)
9. Irigasi dengan alat
penetes sederhana; Irigasi dengan alat penetes sederhana ini banyak digunakan
oleh banyak petani di beberapa daerah. Bila penempatannya benar cara ini cukup
efisien dan berfungsi sebagai reservoir/ penampungan air. Alat yang biasa
dipakai antara lain potongan bambu, bekas botol plastik air mineral, dsb.
Sedangkan alat penetesnya bisa dibuat dengan cara melubangi penampungan air
tersebut sesuai dengan keperluannya ataupun bisa juga menggunakaan alat penetes
seperti bekas jarum untuk infus, dsb. Bentuk lain, adalah dengan memasang pipa
plastik yang dilubangi di bagian sisinya tegak lurus daerah perakaran.Pola
pembasahan dari pipa plastic yang dilubangi pada`salah satu sisinya dan
dipasang tegak lurus di daerah perakaran
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbosan tidak tahu harus mengerjakan apa ^^
daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||