Mutu buah salak yang baik diperoleh bila
pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum
masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Oleh karena itu
pemanenan dilakukan dengan cara petik pilih,
disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang
sudah tua tetapi belum masak. Buah salak dapat
dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga
mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit
buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung
kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda lain
bahwa buah yang sudah tua, warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik mudah
terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.
Panen
Karena buah salak masaknya tidak serempak, maka cara memanennya dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.
Karena buah salak masaknya tidak serempak, maka cara memanennya dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.
Pasca Panen
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik), sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar.
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik), sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar.
Supaya buah salak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen yaitu :
1. Pengumpulan.
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.
2. Penyortiran dan Penggolongan.
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. Selain itu untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.
3. Grading/penggolongan
Bertujuan untuk: a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas); b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas; c) mendapatkan harga yang lebih tinggi; d) merangsang minat untuk membeli; e) agar perhitungannya lebih mudah; f) untuk menaksir pendapatan sementara.
Bertujuan untuk: a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas); b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas; c) mendapatkan harga yang lebih tinggi; d) merangsang minat untuk membeli; e) agar perhitungannya lebih mudah; f) untuk menaksir pendapatan sementara.
Penggolongan ini dapat
berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari
penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan
golongan sendiri-sendiri, yaitu: a) Salak mutu AA (betul-betul super,
kekuningan, 1kg= 12 buah); b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu
kecil, dan sehat); c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah); d)
Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.
4. Pengemasan dan Pengangkutan.
Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.
5. Pengemasan
Untuk mengemas buah segar dibutuhkan: a) alat pengemas harus berlubang; b) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luar; c) dapat diangkut dengan mudah, d) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.
Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipasteurisasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.
Untuk mengemas buah segar dibutuhkan: a) alat pengemas harus berlubang; b) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luar; c) dapat diangkut dengan mudah, d) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.
Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipasteurisasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.
6. Pengangkutan
Merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan: a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.; c) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas pengangkutan yang memadai. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan , Kepulauan Riau ) Sumber : cybex pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar