Iklim merupakan sesuatu yang
manusia tidak dapat kendalikan. Bagaikan dua sisi mata uang, di sisi satu
adalah musim hujan dan di sisi lainnya musim kemarau memberikan dampak positif
dan negatif pada petani yang sama maupun dalam kawasan yang berbeda. Iklim di
Sulawesi Tenggara memberikan dampak pada produksi maupun produktivitas tanaman,
khususnya Lada. Produksi Lada saat ini
cenderung berkurang disebabkan berbagai macam faktor penyebab. Perubahan iklim
memberikan kontribusi pada terjadinya penurunan produksi tanaman.
Tanaman
rentan dengan perubahan iklim, salah satunya adalah dampak serangan organisme
penganggu tanaman. Perubahan iklim membuat siklus hidup organisme penganggu
tanaman ikut berubah. Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi dan
terus-menerus memberikan dampak adanya genangan di sekitar penanaman Lada.Tanaman Lada sangat rentan dengan Penyakit busuk pangkal batang. Penyakit ini
memiliki pola penyebaran yang sangat cepat akibat adanya genangan air hujan
pada sekitar tanaman lada.
Di
sisi lain, pada musim kemarau tanaman lada mengalami pertumbuhan yag terhambat
dan menjadi kering. Pada musim hujan di salah satu sentra lada propinsi
Sulawesi Tenggara, yaitu Desa Simbune kebun lada yang berdekatan dengan sungai
terendam banjir. Hal ini menyebabkan tanaman lada banyak yang terserang penyakit
busuk pangkal batang. Penyakit busuk pangkal batang
berdampak negatif pada tanaman lada. Penyakit busuk pangkal batang dapat
menyebabkan tanaman menjadi mati. Percikan air hujan membantu menyebarkan
patogen pada tanaman lainnya.
Pada
musim penghujan, kelembapan udara di lokasi tanaman lada sudah cukup tinggi.
Pada kelembapan yang tinggi mendukung perkembangan penyakit dengan suburnya
spora jamur. Faktor pendukung lainnya kelembapan mempermudah jamur untuk
menginfeksi tumbuhan. Curah hujan yang tinggi
mempengaruhi kelembaban. Kelembaban mempengaruhi tahap awal dan perkembangan
penyakit. kelembaban mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
perkecambahan spora jamur dan penetrasi inang oleh tabung kecambah. Kelembaban
juga mengaktivasi jamur yang selanjutnya dapat menginfeksi tumbuhan.
Sejalan dengan ini, Agrios (1996) mengemukakan
bahwa tingkat serangan penyakit sangat tinggi ketika dalam kelembapan udara
yang tinggi. Selain kelembapan udara yang tinggi, faktor lainnya adalah angin.
Mayasari dan Suroso (2014) mengemukakan bahwa angin mempercepat penyebaran
penyakit. Musim penghujan akan mengakibatkan humus di permukaan tanah terbawa
air. Di sisi lain pada tahun 2014, desa Simbune mengalaimi musim kemarau panjang. El
nino menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal.
Pertumbuhan
lada akan terganggu bila curah hujan < 60 mm/bulan. Untuk itu petani lada di
desa Simbune melakukan berbagai usaha dan langkah-langkah untuk meminimalisir
dampak tanaman iklim pada usaha tani mereka seperti: Langkah pertama petani merubah waktu tanam tanaman lada. Pada umumnya
petani desa Simbune dan Lawonua biasa menanam lada pada bulan maret hingga Juli
dan bulan Februari hingga bulan Agustus. Petani melakukan penanaman pohon gamal
pada musim kemarau sebagai sarana tiang atau panjatan untuk tanaman Lada.
Pada musim kemarau gamal tumbuh dengan
sangat baik bila dibandingkan ditanam pada musim hujan.Langkah kedua dengan
menggunakan infus bambu pada musim kemarau. Infus bambu merupakan salah satu
teknik mensiasati tanaman lada agar tidak merana. Hal ini penting untuk
mencegah terhambatnya pertumbuhan tanaman dan mencegah tanaman yang masih muda
mati akibat kekeringan. Cara pembuatan dengan menggunakan bahan bambu. Pilih
bambu berukuran besar, kemudian dipotong menjadi 3 ruas.
Kemudian buat lubang pada buku-bukunya, kecuali buku yang paling bawah
bambu. Pengecualian dilakukan agar dapat menampung air. Langkah berikutnya
bambu ditempatkan sejajar dengan tanaman denga jarak ? 5-10 cm dari batang
tanaman. Lakukan pengontrolahn air pada bambu.Langkah ketiga dengan melakukan
pencegahan penyakit busuk pangkal batang dan menggunakan bubur Bordo untuk
perlindungan penyakit. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan varietas
yang tahan jamur, menggunakan bibit dari tanaman yang sehat serta pengolahan
lahan yang benar.
Untuk pelindungan penyakit dengan melakukan pengendalian secara kimiawi.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyakit busuk pangkal batang. Bubur
bordo merupakan fungisida kimiawi sistemik. Bubur digunakan pada saat musim
penghujan. Hal ini disebabkan pada tingkat kelembapan yang tinggi penyakit
busuk pangkal batang dapat berkembang biak dengan cepat dan menimbulkan
kerugian pada tanaman yang cukup besar. Cara penggunaan bubur bordo dengan
mengaplikasikan pada tanaman lada yang telah terinfeksi penyakit busuk pangkal
batang dengan cara disiram pada pangkal batang.
Setelah diaplikasikan pada waktu 2
minggu lalu berikan agen hayati. Setelah itu lakukan pembersihan lahan dan
pemangkasan tajar serta pemeliharaan saliran drainase. Penelitian Manohara dkk
(2013) dalam Endah (2015) menyebutkan bubur bordo dibuat dengan campuran 100
gram terusi (CuSO4), 100 gram kapur dalam 5 liter air. Langkah keempat dengan membuat parit di sekitar tempat-tempat utama yang
di sekitar tanaman yang biasa tergenang air. Parit dibuat sebelum musim hujan
agar tidak terjadi genangan air di kebun sehingga dapat meminimalisir dampak
penyebaran penyakit busuk pangkal batang. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar