Ubikayu merupakan sumber utama karbohidrat setelah padi dan
jagung. Selain digemari masyarakat karena dapat dijadikan sebagai bahan baku
beraneka macam kuliner, tanaman ini juga memiliki daya adaptasi pada lingkungan
tumbuh yang lebih baik dibanding tanaman pangan yang lain. Kemampuan adaptasi
yang baik tersebut menyebabkan ubikayu dapat tumbuh dan menghasilkan biarpun
diusahakan pada lahan sub-optimal maupun marjinal.
Namun demikian, hingga saat
ini produktivitas ubikayu di Indonesia masih terbilang rendah, jauh dari
potensi yang tersedia. Rendahnya produktivitas ubikayu ini disebabkan banyak
hal diantaranya: (a).Sebagian besar petani masih menggunakan varietas lokal
yang umumnya produktivitasnya rendah, (b).Kualitas bibit yang digunakan
seringkali kurang baik, (c).Ubikayu sebagian besar diusahakan di lahan kering
yang kesuburannya lebih rendah dibanding lahan sawah, (d).Pengelolaan tanaman
dilakukan secara sederhana dengan masukan (input) sekedarnya.
Untuk mewujudkan program
pemerintah yaitu terciptanya diversifikasi pangan sehingga masyarakat tidak
lagi memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras maka perlu upaya
bersama dari pihak-pihak yang terkait. Caranya, dengan meningkatkan produksi
ubi kayu melalui optimalisasi potensi yang ada.
Secara umum, peningkatan
produksi ubikayu dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama, melalui
peningkatan produktivitas (intensifikasi), terutama pada daerah-daerah sentra
produksi yang sudah ada. Kedua, melakukan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) ke daerah pengembangan baru di lahan kering dan lahan tidur.
1.Intensifikasi. Cara intensifikasi dapat dilakukan dengan berbagai langkah: a).Varietas unggul baru (VUB). Cara ini merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan produksi ubikayu karena berkaitan dengan potensi hasil yang tinggi.
1.Intensifikasi. Cara intensifikasi dapat dilakukan dengan berbagai langkah: a).Varietas unggul baru (VUB). Cara ini merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan produksi ubikayu karena berkaitan dengan potensi hasil yang tinggi.
VUB yang mempunyai karakter
sesuai kebutuhan dan preferensi pengguna juga relatif mudah diterima petani,
dan kompatibel dengan komponen teknologi budidaya lain. Badan Litbang Pertanian
telah melepas tidak kurang dari 10 varietas unggul ubikayu. Dibandingkan dengan
komoditas pangan lainnya, pelepasan varietas unggul ubikayu di Indonesia masih
tertinggal atau lambat, sebab selama ini di samping komoditas ubi kayu belum memperoleh
prioritas, juga karena umur panennya relatif panjang (8-10 bulan).
Ubikayu varietas UJ-5 dan UJ-3 misalnya, yang
mempunyai hasil dan kadar pati yang tinggi telah berkembang secara luas,
sebagai bahan baku industri tepung dan pati; b). Teknologi Budidaya pendukung.
Selain varietas, teknologi budidaya pendukung akan membantu masing-masing
varietas untuk menghasilkan sesuai dengan potensinya: b1). Jarak tanam.
Pengaturan jarak tanam atau populasi tanaman per hektar merupakan komponen
teknologi yang paling pertama dulu mendapat perhatian para petani, sebab
komponen tersebut selain mudah dipahami dan diterapkan petani, juga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Jarak tanam ubi kayu yang
sesuai sangat ditentukan antara lain oleh sistem tanam, pola pertumbuhan
tanaman dan tingkat kesuburan lahan. Pada sistem monokultur, penanaman ubikayu
dapat dilakukan pada jarak tanam 100 cm x 100 cm atau 100 cm x 80 cm. Ubikayu
dengan pola percabangan di bawah (misal varietas Darul Hidayah) umumnya ditanam
dengan jarak yang lebih lebar (125 cm x 125 cm). Pada tanah yang kurang subur,
untuk mendapatkan hasil yang tinggi per satuan luas, ubikayu dapat ditanam
dengan jarak tanam yang lebih rapat. Dengan cara ini, meskipun hasil per
tanaman lebih sedikit tapi karena populasinya tinggi hasil umbi per satuan luas
menjadi lebih tinggi pula;
b2).Pemupukan. Ubikayu
memiliki adaptasi pada lingkungan tumbuh yang lebih baik dibanding tanaman
pangan lain. Kemampuan yang baik menyebabkan ia dapat tumbuh dan menghasilkan
biarpun pada lahan sub-optimal maupun marjinal. Jumlah hara yang diambil untuk
setiap ton umbi yang dihasilkan adalah lebih kurang 6,5 kg N, 2,24 P205 dan
4,32 kg K20. Hara yang terangkut dari dalam tanah tersebut perlu diganti
melalui tindakan pemupukan organik dan anorganik. Oleh karena itu dalam jangka
panjang produktivitasnya juga akan cepat menurun apabila tidak disertai
pemupukan yang seimbang dengan hara yang diekstraksi.
Untuk memperoleh hasil ubikayu tetap tinggi pemupukan
sangat diperlukan, mengingat tanaman ini banyak dibudidayakan pada lahan yang
tanahnya mempunyai kesuburan sedang sampai rendah. Pada tanah Alfisol Bantur
misalnya, yang kandungan bahan organiknya rendah, pemberian pupuk kandang
dengan takaran 3 dan 6 ton/ha dapat meningkatkan hasil ubikayu semakin sulit
dan mahal untuk mendapatkan dan membeli pupuk anorganik. Sehubungan dengan ini
maka usahatani integrasi ternak?tanaman akan semakin strategis untuk membantu
petani dalam menyediakan pupuk organik.
2. Ekstensifikasi. Pada saat
sekarang luas panen ubikayu berkisar antara 1,2 - 1,5 juta hektar, sementara lahan kering
berupa lahan tegalan, lahan ladang maupun yang sementara belum dimanfaatkan di
seluruh Indonesia masih sangat luas. Di beberapa daerah sentra produksi ubikayu-pun
indeks pertanaman belum optimal dan masih terdapat lahan-lahan tidur yang belum
dimanfaatkan untuk pengembangan ubikayu.
Lahan Ultisol, Inceptisol dan
Alfisol yang mendominasi sentra produksi ubikayu dan belum diusahakan
(merupakan lahan tidur berupa padang alang-alang) sangat potensial sebagai
daerah pengembangan ubikayu, terutama pada daerah beriklim basah.
Selain secara khusus
mengembangkan ubikayu pada lahan yang baru, peningkatan luas areal tanam/panen
ubikayu juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan pada perkebunan/hutan
industri yang tanaman utamanya masih berumur 1-3 tahun. Misalnya, ubikayu
diusahakan pada perkebunan karet/kelapa sawit muda. Atau, ditanam di bawah
naungan hutan jati muda. Selain itu, ubikayu bisa juga ditanam secara
tumpangsari dengan tanaman pangan lain seperti padi gogo, jagung,
kacang-kacangan atau sayuran.
Cara yang tidak kalah
efektifnya adalah penggunaan lahan sawah tadah hujan di daerah industri
pengolahan ubikayu sehingga diharapkan disamping produksi ubikayunya meningkat
sekaligus juga pendapatan dan kesejahteraan petaninya menjadi terangkat. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbosan tidak tahu harus mengerjakan apa ^^
daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||