Buah pisang dengan penampilan bersih, ranum dan
mulus akan menarik minat konsumen terutama yang lebih mengutamakan kualitas.
Sebaliknya penampilan buah yang kusam, berbintik, berkeropeng dan bahkan daging
buah lengket dengan kulitnya sangat menurunkan daya beli konsumen. Kerusakan
buah tersebut jika dicermati disebabkan oleh gangguan hama/penyakit yang
menyerang buah pisang sejak muda.
Penyakit Layu Fusarium
Penyakit Layu Fusarium atau penyakit Panama disebabkan cendawan yaitu Fusarium Oxysporum f. Sp Cubense (FOC), merupakan penyakit sangat merusak dan paling berbahaya yang menyerang pertanaman pisang di seluruh dunia, sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyakit ini menular lewat tanah, menyerang akar dan masuk bonggol tanaman. Di dalam bonggol, cendawan tumbuh dan merusak sistem pembuluh sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.
Adapun gejala penyakit adalah:
1) terjadi penguningan pada daun tua dimulai dari pinggir daun, penguningan berlanjut ke daun yang lebih muda, daun yang terserang berwarna kuning, akhirnya patah; 2) pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh; 3) perubahan bentuk dan ukuran daun-daun yang baru muncul, yaitu pemendekan ruas daun; 4) perubahan warna pada bonggol; dan 5) batang yang terserang mengeluarkan bau busuk.
Seperti diketahui penyakit layu fusarium
termasuk penyakit yang menular lewat tanah sehingga sangat mudah menular
melalui bibit, tanah, air, pupuk kandang atau alat-alat pertanian. Jika
cendawan terbawa oleh aliran air atau mencemari irigasi, penyakit bisa menyebar
sangat cepat dan membinasakan pertanaman dalam tempo bulanan.
Penyakit layu Fusarium ini tidak dapat diobati,
melainkan hanya dapat dicegah penularannya dengan cara sebagai berikut :
1) melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan
membasmi sumber bibit penyakit (tanaman sakit), apabila ada tanaman pisang yang
terserang di kebun, dibongkar dan dibakar tanaman pisang yang sakit tersebut
atau dilakukan penyuntikan menggunakan Round Up dengan takaran 12 cc untuk
tanaman induk, 2,5 cc untuk anakan berumur 4-6 bulan (tinggi 50-100 cm) danh 1
cc untuk anakan berumur kurang dari 4 bulan (tinggi <50 cm). Siram tanah
bekas tanaman pisang tersebut dengan fungisida;
2) penggunaan varietas tahan/ bebas penyakit
yaitu bibit yang diambil dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu
fusarium (FOC), penanaman lebih dari satu varietas atau melakukan pergiliran
tanaman juga dapat menekan perkembangan penyakit, melakukan penggenangan dan
pergiliran tanaman;
3) jangan memasukkan bonggol, anakan atau bibit
dan tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium;
4)
Gunakan bibit bebas penyakit (hasil kultur jaringan). Bibit pisang yang berasal
dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit dan ini
hanya dapat bertahan bila pada lahan tidak ada bibit penyakit Layu Fusarium;
5) melakukan sanitasi lahan yaitu membersihkan
gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman karena merupakan inang sementara
bibit penyakit layu fusarium (FOC);
6) melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC.
Pada lahan yang akan ditanami pisang terutama lahan baru sebaiknya dilihat
terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang
akan digunakan sebagai lahan pertanaman pisang, masukkan ke dalam kantong atau
ember plastik setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan
2 bagian kompos kotoran ayam dan 8 bagian tanah. Biarkan 15 hari, lalu tanamkan
anakan rebung pisang yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian
amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebuit tercemar oleh FOC, pisang yang
ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit layu fusarium,
7)
alat-alat pertanian yang digunakan selalu disucihamakan/disterilkan seperti
pisau, parang atau golok dengan desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau
alkohol, sedangkan alat pertanian lainnya seperti pacul, sekop dan lain-lain
selalu dicuci dengan sabun dan disterilkan terutama ketika alat digunakan
secara berpindah-pindah antar kebun;
8) Pengendalian (pencegahan) dengan fungisida
lebih efektif dilakukan dengan penaburan dari pada dengan penyiraman;
9) menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC
seperti ketan, tanduk, raja kinalun/pisang perancis dan muli;
10) pemakaian agensi hayati seperti Trichoderma
sp, Gliocladium sp dan Pseudomonas fluorescens yang prinsipnya bersifat
pencegahan, digunakan pada saat tanam atau dimasukkan pada lubang tanam . (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan , Kepulauan Riau ) Sumber : cybex pertanian.go.id .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar