Dinas Pertanian,
Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau melakukan pelatihan tentang
pemeliharaan dan praktek penyuntikan tanaman gaharu yang di ikuti oleh
anggota Korem 033 / Wira Pratama. Kegiatan pelatihan penyuntikan tanaman gaharu
ini dilakukan untuk memberi informasi kepada aparat TNI tentang tata cara
menghasilkan kayu gaharu.
Dari kegiatan ini
diharapkan aparat TNI tertarik untuk mengembangkan tanaman gaharu dan itu
berarti turut menjaga kelestarian tanaman gaharu dari kepunahan karena
kenyataannya sekarang ini tanaman gaharu sudah hampir punah karena maraknya
illegal logging.
Berdasarkan hasil
penelitian para ahli, terdapat 17 tumbuhan yang dapat menghasilkan gaharu yaitu
Aetoxylon sympetalum, Aquilaria hirta, A. malaccensis, A. microcarpa, A.
filarial, A. beccariana, A. cumingiani, Dalbergia parviflora, Enkleia
malaccensis, Excoecaria agallocha, Gonystilus bancanus, G. macrophyllus,
Wikstroemia androsaemifolia, W. polyantha, W. tenuiramis, Gyrinops verstegi dan
G. cumingiani. Di Kalimantan sendiri terdapat 3 jenis pohon penghasil gaharu
yaitu Aquilaria microcarpa, A. beccariana dan A. malaccensis. Para ahli menyebutkan
bahwa gaharu yang dihasilkan dari pohon genera Aquilaria memiliki mutu dan
harga lebih tinggi dibandingkan dengan genera Gonystilus.
Menurut para ahli, terbentuknya gaharu berkaitan dengan proses patologis yang dirangsang oleh adanya luka pada batang patah cabang atau ranting. Luka tersebut menyebabkan pohon terinfeksi oleh penyakit (bakteri, jamur atau virus) yang diduga mengubah pentosan atau selulosa pada kayu menjadi resin atau damar yang merupakan campuran sesquiterpena, dienona dan isopronoid. Resin dan damar hasil kinerja penyakit tersebut terkumpul di dalam rongga sel yang dikenal sebagai gaharu. Semakin lama kinerja penyakit berlangsung, kadar gaharu menjadi semakin tinggi. Selain lamanya kinerja penyakit dalam pembentukan gaharu, juga dipengaruhi oleh kandungan resin atau damar.
Kandungan resin
atau damar merupakan salah satu parameter dalam pengklafikasian kualitas
gaharu. Kandungan resin merupakan persyaratan pokok dalam penentuan kualitas
gaharu, karena ada tidaknya resin ini menunjukkan ada tidaknya kandungan gaharu
dalam kayu gaharu. Kandungan resin yang semakin tinggi dalam kayu gaharu akan
mempunyai kualitas yang semakin tinggi pula.
Berdasarkan
proses pembentukan gaharu di atas, saat ini gaharu dapat dihasilkan dengan cara
rekayasa buatan, yaitu dengan penyuntikan menggunakan microorganisme (jamur).
Oleh karena itu setelah dilakukan percobaan maka hasil yang terbaik untuk
mendapatkan resin gaharu dengan melakukan penyuntikan teknik spiral, bahan dan
alat yang dibutuhkan adalah : 1. Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm, sesuai
dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor semakin besar,
ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.
2. Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik. 3. Spidol permanent sebagai penanda titik bor. 4. Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya. 5. Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
6. Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan
lubang hasil bor kayu. 7. Masker, gunting serta kapas. 8. Lilin lunak, plester
atau lakban, untuk menutup lubang bor. 2. Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik. 3. Spidol permanent sebagai penanda titik bor. 4. Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya. 5. Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
9. Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.
Proses pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini :
1. Ukur titik pengeboran awal 1 meter dari permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik pengeboran diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan vertical 15 cm. dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga setelah dihubungkan membentuk garis spiral.
2. Ukur lingkaran batang untuk mendapatkan diameter batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung diameternya dengan rumus : Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh 60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter batang = 60 cm : 3,14 = 19,11 cm.
3. Buat lubang sedalam 1/3 diameter batang pada titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh : Kedalaman lubang bor = diameter batang : 1/3 = 19,11 : 1/3 = 6,4 cm.
4. Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah dibasuh dengan alcohol.
5. Masukkan inokulan dengan pinset kedalam suntikan yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan inokulan kedalam lubang sampai penuh.
6. Tutup lubang yang telah terisi penuh inokulan dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain. Untuk mencegah air merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan plester atau lakban.
7. Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3 bulan, caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit batang, jika batang tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti penyuntikan berhasil. Tutup kembali lubang dengan lilin dan plester.
8. 7 bulan setelah penyuntikan ambil sample dengan mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya, jika serbuk hasil bor sudah hitam atau wangi atau sesuai dengan ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah dapat dipanen jika belum sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil mulai maksimal jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi pada 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya daun semakin lama.
Kegiatan praktek
penyuntikan tanaman gaharu ini dilakukan di Desa Sri Bintan Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan. Kegiatan ini dilakukan pada hari Selasa (27/11/2012).
Kegiatan praktek penyuntikan tanaman gaharu ini di fasilitasi oleh Dinas
Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau yang di ikuti oleh anggota
Korem 033 / Wira Pratama yang berjumlah 150 orang.
(oleh : Syahrinaldi, Penyuluh Pertanian,
BPPKP Kabupaten Bintan, Sumber : Internet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar