Jagung adalah komoditas utama
dalam usahatani di beberapa provinsi di Indonesia terutama daerah-daerah yang
curah hujannya minim atau daerah kering seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, Gorontalo. Khusus provinsi Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo,
jagung berperan sebagai sumber pangan (food security) bagi sebagian penduduk
yang juga sebagian besarnya berprofesi sebagai petani. Nusa Tenggara Timur dan
Nusa Tenggara Barat yang dikenal kering dan berbatu kini percaya diri mematok
target sebagai lumbung jagung nasional seperti provinsi Gorontalo.
Tekstur tanah keras dan
berbatu karang bercurah hujan minim bukan menjadi halangan, justru merupakan
modal menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah lokal. Untuk memperbaiki
sistem usahatani sebagai sumber pendapatan dan sumber perbaikan ekonomi rumah
tangga petani di lahan kering adalah meningkatkan mutu pengelolaan usahatani
tersebut antara lain dengan melakukan pertanian konservasi. Pertanian
konservasi merupakan suatu upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan dan
memperbaiki mata pencaharian melalui peningkatan hasil pertanian dengan
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga kelestarian
lingkungan. Metode ini diperkenalkan di Indonesia dalam 2 dua) tahun terakhir
oleh Perwakilan FAO Indonesia, Pemerintah Daerah setempat dan LSM lokal.
Prinsip Pertanian Konservasi
Pertanian konservasi adalah pendekatan peningkatan produktivitas pertanian disertai upaya peningkatan kualitas sumberdaya lahan, air, tanaman, serta lingkungan biotik lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pertanian konservasi adalah pendekatan peningkatan produktivitas pertanian disertai upaya peningkatan kualitas sumberdaya lahan, air, tanaman, serta lingkungan biotik lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lingkungan.
Terdapat 3 pilar prinsip konservasi pertanian, yaitu :
a. Pengolahan tanah terbatas
Tanah tidak diolah sama sekali untuk menghindarkan kerusakan struktur tanah dan kehilangan organisme tanah. Jika sangat diperlukan dilakukan pengolahan tanah secara terbatas misalnya dengan membuat lubang tanam atau rorak tanam permanen. Juga dengan penggemburan tanah secara terbatas dengan membuat alur tanam (ripping).
b. Penutupan permukaan tanah secara permanen
Permukaan tanah diupayakan selalu tertutup baik dengan tajuk tanaman utama, tajuk tanaman tumpang sari, tanaman penutup tanah dan sisa tanaman sebagai mulsa.
a. Pengolahan tanah terbatas
Tanah tidak diolah sama sekali untuk menghindarkan kerusakan struktur tanah dan kehilangan organisme tanah. Jika sangat diperlukan dilakukan pengolahan tanah secara terbatas misalnya dengan membuat lubang tanam atau rorak tanam permanen. Juga dengan penggemburan tanah secara terbatas dengan membuat alur tanam (ripping).
b. Penutupan permukaan tanah secara permanen
Permukaan tanah diupayakan selalu tertutup baik dengan tajuk tanaman utama, tajuk tanaman tumpang sari, tanaman penutup tanah dan sisa tanaman sebagai mulsa.
c. Pergiliran tanaman
Diupayakan selalu dilakukan pergantian tanaman dengan jenis legume sebagai upaya memperbaiki kesuburan tanah dan manfaat lainnya.
Diupayakan selalu dilakukan pergantian tanaman dengan jenis legume sebagai upaya memperbaiki kesuburan tanah dan manfaat lainnya.
Jagung Tanaman Utama
Inti metode pertanian konservasi adalah petani mengolah tanah yang minim, menutup permukaan tanah dengan serasah atau tanaman rambat, merotasi jenis tanaman dan menggunakan pupuk kompos buatan sendiri. Tanah kering dan keras diubah jadi lubang media tanam. Caranya bermacam-macam sesuai kemampuan petani. Bisa dengan lubang 30x30x30 cm, membuat parit atau membuat alur tanam. Cekungan itu lalu diisi campuran pupuk kompos dan pupuk kandang 3-4 kg per lubang. Lubang dan parit yang tidak lagi dibuat setiap musim tanam itu jadi semacam penjebak dan penyimpan unsur hara.
Inti metode pertanian konservasi adalah petani mengolah tanah yang minim, menutup permukaan tanah dengan serasah atau tanaman rambat, merotasi jenis tanaman dan menggunakan pupuk kompos buatan sendiri. Tanah kering dan keras diubah jadi lubang media tanam. Caranya bermacam-macam sesuai kemampuan petani. Bisa dengan lubang 30x30x30 cm, membuat parit atau membuat alur tanam. Cekungan itu lalu diisi campuran pupuk kompos dan pupuk kandang 3-4 kg per lubang. Lubang dan parit yang tidak lagi dibuat setiap musim tanam itu jadi semacam penjebak dan penyimpan unsur hara.
Sementara itu
penanaman kacang-kacangan di antara tanaman jagung berfungsi sebagai tanaman penutup
yang menahan penguapan air dan menjaga agar permukaan tanah tidak tumbuh
rumput. Akar kacang-kacangan bersimbiose dengan bakteri rhizobium menghasilkan
nitrogen sehingga menyuburkan media tanam. Metoda ini diperkenalkan di
Indonesia dua tahun terakhir oleh FAO bersama pemerintah daerah dan LSM lokal
dengan melakukan 237 demplot di provinsi NTT dan NTB dengan melibatkan 4.907
petani.
Hasil perbandingan
panen pada demplot dan kontrol (cara konvensional) menunjukkan hasil
mencengangkan, peningkatan produksi mencapai lebih dari 2 (dua) kali lipat per
ha yaitu 2 ton/ha menjadi rata-rata 4,5 ton/ha. Hal lain yang diperoleh dari
pertanian konservasi adalah petani mendapat bonus panen berbagai jenis
kacang-kacangan. Ini menambah gizi dan penghasilan petani usai panen sebagai
komoditi utama
Mengubah Pola Pikir
Dengan pertanian konservasi, petani mengubah pola pikir yang umumnya menyiapkan lahan penanaman dengan cara membakar. Selain polusi asap dan melepas emisi, pembakaran lahan pun merusak tekstur tanah dan struktur tanah. Lewat pemanfaatan pupuk kandang, warga tidak lagi membiarkan ternaknya berkeliaran dan melintas di jalan seperti di provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Ternak dikandangkan atau diikat agar kotorannya bisa dikumpulkan dengan mudah untuk pupuk atau bio gas. Setelah panen sisa tanaman jagung maupun kacang-kacangan tidak lagi dikumpulkan. Sampah-sampah organik ini ditaruh di atas permukaan tanah untuk mempertebal tutupan biomassa. Perawatan selanjutnya menambahkan pupuk organik. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau ) Sumber : cybex pertanian.go.id
Dengan pertanian konservasi, petani mengubah pola pikir yang umumnya menyiapkan lahan penanaman dengan cara membakar. Selain polusi asap dan melepas emisi, pembakaran lahan pun merusak tekstur tanah dan struktur tanah. Lewat pemanfaatan pupuk kandang, warga tidak lagi membiarkan ternaknya berkeliaran dan melintas di jalan seperti di provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Ternak dikandangkan atau diikat agar kotorannya bisa dikumpulkan dengan mudah untuk pupuk atau bio gas. Setelah panen sisa tanaman jagung maupun kacang-kacangan tidak lagi dikumpulkan. Sampah-sampah organik ini ditaruh di atas permukaan tanah untuk mempertebal tutupan biomassa. Perawatan selanjutnya menambahkan pupuk organik. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau ) Sumber : cybex pertanian.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar