Minggu, 07 Juli 2019

Aplikasi Irigasi Tepat Guna





Sistem aplikasi irigasi tepat guna cukup banyak antara lain: Irigasi basin; Irigasi sistim genangan/ leb (basin), Irigasi alur (furrow, Irigasi border, Irigasi dengan cara penyiraman, Irigasi dengan gentong (pitcher irrigation); Irigasi dengan menggunakan botol berisi air, Irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation, Irigasi dengan alat penetes sederhana;

Irigasi dengan jaringan pipadengan gmbaran tehnis sederhana sbb:
1. Irigasi basin; Basin adalah lahan yang datar dan dikelilingi oleh galengan. Galengan ini berfungsi untuk mencegah meluapnya air ke lahan disampingnya. Irigasi basin paling umum untuk mengairi tanaman padi. Metoda ini juga cocok untuk mengairi tanaman tanaman yang tahan terhadap genangan untuk waktu yang relatip lama (12 24 jam). Bentuk basin dilahan yang datar umumnya empat persegi panjang atau bujur sangkar, untuk lahan miring biasanya sesuai dengan kontournya dan untuk tanaman pohon pohonan yang ditanam secara individual umumnya di tanam di basin berbentuk cincin dan persegi.

Metoda irigasi ini sangat cocok pada tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai rendah (50 mm/jam atau kurang), dan untuk lahan dengan kemiringan yang rendah, sehingga alirannya rata dan seragam. Lahan yang bergelombang atau miring dapat disiapkan untuk irigasi basin, bila memungkinkan dilakukan perataan tanah sesuai persyaratan yang diperlukan.

Di beberapa daerah, persyaratan khusus seperti halnya drainase permukaan harus dibuat. Untuk mengatur air pada kelerengan yang curam dan perlu penterasan diperlukan terjunan, saluran yang diplester atau perpipaan. Pada basin yang diberikan debit cukup besar diperlukan bangunan khusus untuk mencegah erosi.

2. Irigasi sistim genangan/ leb (basin), diperuntukkan bagi tanaman padi, jagung, kedelai, jeruk, mangga, apel, dan sebagainya. Sistem leb dapat digunakan untuk mengairi tanaman secara berkelompok maupun secara individual/ setiap tanaman (individual basin). Irigasi system genangan secara berkelompok umumnya digunakan untuk mengairi tanaman yang ditanam secara berkelompok dalam petak sawah misalnya padi, jagung, kedelai, semangka, ketimun, dan sebagainya. Sedangkan tanaman yang ditanam secara individual seperti halnya tanaman mangga, jeruk, apel, dan sebagainya dapat diairi dengan system basin individual.

3. Irigasi alur (furrow);Alur adalah saluran kecil, yang membawa air menuruni lereng lahan diantara larikan larikan tanaman. Air merembes kedalam tanah dan bergerak sepanjang kelerengannya. Tanaman umumnya ditanam pada guludan yang terletak diantara alur. Pada umumnya pembuatan guludan/ bedengan di beberapa daerah, khususnya di Indonesia cukup lebar, sehingga air irigasi dalam alur tidak sampai ke daerah perakaran tanaman. Untuk itu penyiraman perlu dilakukan. Sistem ini umumnya digunakan untuk mengairi palawija (jagung, kedelai, dan sebagainya) maupun tanaman hortikultura (cabai, melon, semangka, dan berbagai jenis sayur-sayur

Sedangkan bentuk alur yang biasa dibuat pada lahan yang datar umumnya lurus, sedangkan dilahan yang miring sesuai dengan kontournya. Cara ini cocok untuk tanaman larikan dan untuk tanaman yang tidak tahan genangan dalam waktu relatip lama (12 24 jam). Pengaliran air dari saluran kedalam alur dapat dilakukan dengan menjebol tanggul, siphon ataupun pipa yang ditanam menembus tanggul saluran. Irigasi alur ini cocok untuk tanah yang bertekstur sedang sampai cukup halus dimana kapasitas menahan air (water holding capacity) dan konduktivitasnya relatip tinggi, yang memungkinkan gerakan air dalam arah mendatar dan tegak.

 Cara ini juga cocok untuk tanah-tanah yang mempunyai tekstur halus dengan permeabilitas sangat lambat pada lokasi yang memungkinkan air terbendung / tergenang. Agar irigasi furrow dapat efisien pada jenis tanah yang bertekstur kasar perlu dibuat furrow yang pendek dengan waktu pemberian air yang pendek, jarak larikan yang relatip rapat dan debit pemberian air yang kecil. Kemiringan dari furrow harus dibatasi sedemikian rupa sehingga kehilangan tanah akibat aliran permukaan atau aliran air irigasi masih dalam batas yang diijinkan.

Kemiringan furrow harus 1% atau kurang, tetapi dapat sampai 3% untuk daerah kering dimana erosi sebagai akibat dari curah hujan tidak membahayakan. Untuk menjamin adanya drainase yang sesuai maka kemiringan furrow minimum dibuat 0,03-0,5%.

4. Irigasi border; Lahan yang diairi dengan cara border dibagi kedalam lajur lajur miring kecil dan di pinggir lajur ini dibuat galengan yang sejajar/tanggul border. Bagian hilir dari lajur ini umumnya tidak tertutup. Air masuk dari bagian hulu mengalir sebagai lapisan tipis di sepanjang lajur. Debit air harus diberikan sedemikian rupa sehingga volume air yang diinginkan diberikan kelajur pada suatu waktu sama dengan atau lebih kecil dari yang diperlukan tanah untuk menyerap jumlah air bersih yang diperlukan.

Air yang tidak diinfiltrasikan disimpan sementara dipermukaan tanah dan bergerak menuruni lajur sampai proses irigasi selesai. Untuk menghindari keluarnya air dari lajur, maka pada ujung akhir (bagian hilir) lajur dapat ditutup, sehingga air dapat meresap sepanjang lajur. Metoda ini cocok untuk mengairi tanaman yang rapat (padi padian, legume, biji bijian), anggur dan buah buahan lainnya.Seperti halnya pada sistim irigasi alur, pada sistim border ini juga dikenal border yang lurus dan yang sesuai dengan kontournya.

Cara ini jarang digunakan pada tanah pasiran yang kasar dengan laju infiltrasi sangat tinggi, karena menyebabkan perkolasi dalam yang berlebihan kecuali bila panjang lajurnya sangat pendek. Metoda ini juga tidak cocok untuk tanah dengan laju infiltrasi sangat rendah karena untuk mengairi seluruh lajur diperlukan waktu yang yang cukup lama dengan debit menjadi sangat kecil, dan bila debitnya diperbesar akan terjadi kehilangan air karena terjadi aliran permukaan.Irigasi border paling sesuai untuk lahan dengan kemiringan kurang dari 0,5%.

5. Irigasi dengan cara penyiraman, umumnya dilakukan melalui penyiraman langsung ke tanamannya dengan alat penyiram sederhana, misalnya gayung, ember, gembor, dan sebagainya. Cara ini bias untuk mengairi hampir semua jenis tanaman palawija maupun hortikultura seperti tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, maupun buah-buahan.

6. Irigasi dengan gentong (pitcher irrigation); Terutama pada lahan-lahan pasiran, pemberian air dengan menempatkan gentong berisi air dari tanah liat (diberikan penutup bagian atasnya) biasa dilakukan karena dapat mengairi tanaman didekatnya dengan cukup efektip dan efisien. Besarnya debit air yang keluar dari gentong tergantung dari ukuran pori-pori dari gentong tersebut. Sedangkan jarak antara gentong dengan tanaman yang diairi tergantung dari jenis tekstur tanahnya, makin kasar teksturnya, makin dekat dan sebaliknya. Beberapa jenis tanaman yang biasa diairi dengan cara ini antara lain tomat, cabai, kubis, terung, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Cara ini sangat efektif terutama dapat menghemat air karena penguapan di permukaan tanah.

7. Irigasi dengan menggunakan botol berisi air; dipasang terbalik yang ditanam dalam tanah.Penempatan botol berisi air dengan mulut botol di bagian bawah adalah dekat daerah perakaran. Cara ini menggunakan prinsip matric potential. Pada bagian dalam botol diatas air akan terjadi hampa udara (vacuum), dengan adanya udara dari perakaran menjadikaan bagian atas botol tadi tidak vaccum dan air sedikit demi sedikit keluar melalui mulut botol.

8. Irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation); Sistem irigasi bawah permukaan yang paling sederhana adalah dengan menggunakan pipa-pipa dari tanah liat. Air dialirkan kedalam jaringan pipa-pipa dari tanah liat yang dipasang sesuai dengan larikan tanamannya. Keluarnya air dari dalam pipa bisa berasal dari pori-pori pipa itu sendiri ataupun dari sambungan antar pipa yang umumnya dipasang ijuk. Oleh karena itu letak dan jarak tanaman dari pipa maupun larikannya harus disesuaikan dengan jaringan pipa yang ada. Disamping dari tanah liat, pipa tersebut juga dapat dibuat dari bambu. bawah permukaan (subsurface irrigation)

9. Irigasi dengan alat penetes sederhana; Irigasi dengan alat penetes sederhana ini banyak digunakan oleh banyak petani di beberapa daerah. Bila penempatannya benar cara ini cukup efisien dan berfungsi sebagai reservoir/ penampungan air. Alat yang biasa dipakai antara lain potongan bambu, bekas botol plastik air mineral, dsb. Sedangkan alat penetesnya bisa dibuat dengan cara melubangi penampungan air tersebut sesuai dengan keperluannya ataupun bisa juga menggunakaan alat penetes seperti bekas jarum untuk infus, dsb. Bentuk lain, adalah dengan memasang pipa plastik yang dilubangi di bagian sisinya tegak lurus daerah perakaran.Pola pembasahan dari pipa plastic yang dilubangi pada`salah satu sisinya dan dipasang tegak lurus di daerah perakaran

10.Irigasi dengan jaringan pipa;Untuk mengurangi kehilangan air selama penyaluran sebagai akibat adanya penguapan, seepage, perkolasi, run off, bocoran, dan sebagainya irigasi dengan system perpipaan dapat digunakan sebagai alternatif. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau)  Sumber : cybex pertanian.go.id 


1 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^

    bosan tidak tahu harus mengerjakan apa ^^
    daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
    F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
    ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus