Kamis, 04 Juli 2019

Hama Penyakit dan Gulma Tanaman Salak




Hama pada tanaman salak yang dikenal adalah 1) Kutu wol/putih (Ceratadhis sp) hama ini biasanya bersembunyi di sela-sela buah; 2) Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp) yang diserang adalah pucuk tunas yang masih muda; 3) Kumbang penggerek batang yaitu menyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masuk ke dalam batang. Hal ini tidak menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan tumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut.

 Untuk mengendalikan penggerek: dimatikan atau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc per liter pada ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam hal ini diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek. Cara lainnya dengen memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat kumbang hingga mengenai hama. Jenis hama lainnya adalah Babi hutan, tupai, tikus dan luwak .

Pengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan penembakan khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantan yang rapat. Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lain-lain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buah pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih 0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebut dijahit dan dijadikan umpan.

Penyakit
Penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih, dengan
gejala busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi menurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik. Untuk mengedalikannya dengan mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung. Penyakit lainnya adalah Noda hitam yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia sp, dengan gejala adanya bercak-bercak hitam pada daun salak. Selain itu adalah Busuk Merah (pink) yang disebabkan cendawan Corticium salmonicolor. Gejalanya adanya pembusukan pada buah dan batang. Adapun cara pengendaliannya penyakit tersebut, tanaman yang sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu.

Gulma
Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas persawahan. Dengan cara ini maka otomatis gulma merajai kebun berupa gulma-gulma yang biasa terdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air dikeringkan dan dibumbun tanahnya maka gulma yang mampu bertahan adalah gulma berdaun sempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yang berbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di persawahan kurang mampu bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan bekas persawahan relatif lebih sedikit.

Pengendalian secara manual dengan dikored atau dicangkul pun sudah memadai.
Pengendalian gulma secara kimia di kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan. Untuk lahan yang tidak seberapa luas, para petani masih menggunakan cara manual (mencabuti rumput-rumputan dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan salak cukup luas, serta baru dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan sulit diberantas hanya dengan cara manual. Untuk situasi seperti ini perlu menggunakan herbisida, sebab biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih cepat. Reaksi bahan kimia dalam membunuh tanaman liar juga sangat cepat.

Herbisida memiliki pengaruh negatif, sebab racun yang dikandungnya dapat membahayakan mahluk hidup lain termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang akan digunakan perlu sesuai dengan jenis gulma yang akan dikendalikan. Pilihan yang kurang tepat akan memboroskan biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputan dapat dibasmi dengan herbisida Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari golongan teki-tekian dapat diberantas dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmi dengan Round-up atau Sun-up. Sedangkan tanaman yang berdaun lebar dapat diatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida yang dapat memberantas beberapa jenis gulma.(Oleh : Syahrinaldi , DKPP Kab. Bintan , Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar