Sabtu, 06 Juli 2019

Pertanian Konservasi di Lahan Kering


 
Pola pikir yang telah berkembang dikalangan praktisi pertanian saat ini adalah berkebun dengan tanah harus selalu digemburkan dengan cangkul, dibalik atau dibajak. Disamping itu, kebun harus selalu bersih dari sisa tanaman sehingga pembakaran sisa tanaman merupakan praktek yang sangat lazim di tengah masyarakat. Membalik tanah, mencangkul, membajak pada hakekatnya juga adalah merusak struktur tanah, membuat tanah menjadi sangat mudah tererosi terutama di lahan miring, tanah akan lebih cepat kering.

 Pembuangan dan pembakaran sisa tanaman akan membut tanah sangat terbuka, makin mudah tererosi, bahan organik tanah akan semakin menurun, daya serap air rendah, daya pegang air dan kelembaban tanah menurun sehingga kelembaban tanah tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini akan menjadi lebih parah dengan musim dan curah hujan yang tidak menentu. Kegagalan panen selalu membayang yang akan berakibat ketidaktersediaan pangan. Bencana lingkungan pun sangat mudah terjadi, pada musim hujan ada ancaman banjir, erosi dan longsor.

 Dari sisi pembalikan tanah, pembuangan serta pembakaran sisa tanaman dan dipadukan dengan upaya pergiliran tanaman pada lahan yang sama antara tanaman penghasil pangan utama seperti jagung dengan tanaman kacang-kacangan yang dapat memberikan kontribusi kesuburan tanah dari sisi penambatan nitrogen dan juga pelapukan sisa tanaman. Pendekatan ini akan mempertahankan dan atau meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan daya serap air, mengurangi aliran air di permukaan tanah, mempertahankan kelembaban tanah sehingga daya dukung tanah untuk pertumbuhan tanaman akan lebih baik walaupun sedikit ada gejolak curah hujan tidak menentu.

 Pendekatan ini yang dikenal dengan pertanian konservasi yang diperkenalkan di beberapa negara di Amerika dan Afrika. Di Indonesia diperkenalkan dalam 2 tahun terakhir oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), PBB perwakilan Indonesia, bersama Pemerintah Daerah dan LSM lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 2014. Saat ini pertanian konversi sedang diuji coba dan dikembangkan baik ditingkat penelitian maupun di tingkat demplot kelompok tani dan telah memberikan hasil positip.

Prinsip Pertanian Konservasi
Pertanian konservasi adalah pendekatan peningkatan produktivitas pertanian disertai upaya peningkatan kualitas sumberdaya lahan, air, tanaman, serta lingkungan biotik lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lingkungan.

Terdapat 3 pilar prinsip konservasi pertanian, yaitu :
a. Pengolahan tanah terbatas. Tanah tidak diolah sama sekali untuk menghindarkan kerusakan struktur tanah dan kehilangan organisme tanah. Jika sangat diperlukan dilakukan pengolahan tanah secara terbatas misalnya dengan membuat lubang tanam atau rorak tanam permanen. Juga dengan penggemburan tanah secara terbatas dengan membuat alur tanam (ripping).
b. Penutupan permukaan tanah secara permanen. Permukaan tanah diupayakan selalu tertutup baik dengan tajuk tanaman utama, tajuk tanaman tumpang sari, tanaman penutup tanah dan sisa tanaman sebagai mulsa.
c. Pergiliran tanaman. Diupayakan selalu dilakukan pergantian tanaman dengan jenis legume sebagai upaya memperbaiki kesuburan tanah dan manfaat lainnya.

Penerapan Pertanian Konservasi
Ketiga prinsip pertanian konservasi dapat dilakukan pada berbagai keadaan, namun pelaksanaannya mungkin berbeda dari satu tempat ke tempat lain sesuai keadaan masing-masing, misalnya pada keadaan ketersediaan/pengunaan alat pertanian atau pada keadaan lahan.

a. Penggunaan Alat Pertanian.
Petani yang biasa mengolah tanah dengan cangkul atau alat lainnya, hanya membuat lubang tanam sesuai keperluan tanaman. Sebelum ditanami jagung atau tanaman lainnya, setiap lubang tanam diberi pupuk kompos. Lahan diantara lubang ditanami tanaman tumpangsari seperti kacang-kacangan yang dapat memberikan hasil dan sebagai penutup tanah, mencegah erosi, menghambat gulma dan penyubur tanah. Sebelum permukaan tanah tertutup sempurna dengan tanaman utama dan tanaman penutup tanah, gulma perlu dibersihkan.

 Pada musim berikutnya petani dapat menanam tanaman yang berbeda pada lubang tanam yang sama. Sisa tanaman dijadikan penutup tanah. Lahan diantara tanaman utama ditanami dengan tanaman lain yang berfungsi sebagai penutup tanah. Begitu selanjutnya dilaksanakan secara berulang sepanjang musim sepanjang tahun.
Bagi petani yang menggunakan tenaga ternak, dapat merubah bajak menjadi alat pembuat alur tanam yang juga dapat sekaligus meletakan benih serta pupuk. Lahan diantara alur tanaman dibiarkan tidak diolah dan ditanami dengan tanaman penutup tanah.

 Pada saat panen, sisa tanaman dibiarkan sebagai penutup tanah. Sedangkan pertanian dengan mekanisasi maka alat bajak dan garu diganti dengan alat pembuat alur tanam dan dilengkapi dengan alat tanam. Proses selanjutnya dilakukan seperti menggunakan tenaga ternak.

b. Penerapan Pertanian Konservasi pada Beberapa Keadaan Lahan.
1. Lahan kering. Pada lahan yang sangat kering, pertanian konservasi diintegrasikan dengan upaya memanen air hujan dengan membuat lubang tanam, memberikan pupuk organik, dan penggunaan mulsa. Integrasi ternak -tanaman dengan mengandangkan ternak akan membantu mempertahankan kesuburan tanah dan menyiapkan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.

2. Lahan dengan curah hujan tinggi (basah). Tanaman utama ditanam lebih rapat dan penutup lebih ditingkatkan untuk menahan erosi dan menghambat gulma yang mungkin menjadi tantangan utama.

3. Lahan miring. Perlu diintegrasikan dengan konservasi lahan miring seperti teras gulud, penanaman tanam penguat gulud searah kontur (gamal, kaliandra, turi, rumput gajah dan lain-lain), pola tanam searah kontur, penutup permukaan tanah harus dilakukan sejak awal persiapan lahan pertanian konservasi.

4. Lahan subur. Pada lahan yang masih subur, praktek pertanian konservasi dapat mempertahankan kesuburan, kesehatan tanah dan meningkatkan hasil tanaman.

Pengolahan Tanah dalam Pertanian Konservasi
Tanah yang kering dan keras dirubah menjadi media tanam yang dapat dibuat lubang tanam, parit tanam atau alur tanam.
1. Lubang Tanam. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30x30x30 cm, dilakukan pada musim kering dan harus selesai menjelang musim hujan. Lubang tanam dibuat dalam pola jalur atau barisan dengan jarak sesuai kebutuhan misalnya jarak 75 cm antar barisan 40-60 cm dalam barisan. Pada tanah datar luruskan lubang tanam dengan tali sedangkan pada lahan miring barisan lubang tanam dibuat searah kontur. Tanah galian lubang diletakkan satu sisi dan untuk lahan miring diletakkan bagian bawah lereng.

 Lubang tanam akan terus ditanam pada musim berikutnya sehingga harus dibuat dengan baik dan tepat ukuran. Isi tiap lubang tanam dengan pupuk kandang atau kompos sekitar 10-15 % volume/bobot lubang tanam dan dicampur dengan tanah galian. Masukan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam lubang tanam dan sedikit dipadatkan hingga permukaan lebih tinggi sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah asli untuk menghindari cekungan dan genangan air pada saat hujan. Pupuk kimia dapat diberikan pada saat tanam atau setelah tanaman tumbuh jika diperlukan dengan takaran sesuai anjuran.

2. Parit Tanam. Adalah lubang tanam yang dibuat memanjang searah kontur jika di lahan miring dan panjangnya sesuai keperluan. Pembuatan parit tanam dilakukan pada musim kering dan harus selesai menjelang musim hujan. Jarak antar jalur parit tanam sekitar 75 cm atau sesuai keperluan. Parit tanam ini akan ditanam pada musim berikutnya. Isi parit tanam dengan pupuk kandang atau kompos sekitar 10-15 % volume atau bobot tanah dari parit dicampur dengan tanah galian. Masukan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam parit tanam hingga sekitar 2 cm di bawah permukaan tanah asli untuk menahan air pada saat hujan turun. Pupuk kimia majemuk dapat diberikan pada saat tanam dengan takaran sesuai anjuran.

3. Alur Tanam. Adalah alur gembur tanpa membalik tanah dengan lebar sekitar 10 cm dan dalam 15 cm. Alur tanam dapat dibuat dengan cabang kayu 2 arah. Satu cabang dipotong pendek dan diruncingkan sebagai mata alur dan satu cabang dibiarkan panjang untuk menarik pada saat mata alur diletakkan kedalam tanah. Alur tanam juga dapat dibuat dengan linggis, belincong/alat pembuat alur (ripper) yang dijalankan dengan traktor. Alur tanam juga dibuat memanjang searah kontur dan panjang sesuai keperluan dan jarak antar alur 75 cm. Pembuatan alur dilakukan pada musim kering dan harus selesai menjelang musim hujan. Taburkan sekitar 1 kg pupuk kandang/ kompos untuk setiap 1 meter alur tanam. Pupuk kimia majemuk dapat diberikan pada saat tanam dengan takaran sesuai anjuran. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar