Sabtu, 06 Juli 2019

Pompanisasi di Lahan Kering




Potensi lahan kering di Indonesia cukup luas tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi dan Maluku yang sebagian besar belum secara optimal dimanfaatkan oleh masyarakat dan petani. Luas lahan kering di dataran rendah (di bawah 700m dari permukaan laut) yang dimiliki Indonesia ada sekitar 52,83 juta hektar, tetapi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan hanya sekitar 5,1 juta hektar.

Pada saat ini keadaan iklim di beberapa negara termasuk Indonesia selalu berubah-rubah yang tidak dapat lagi diprediksi secara tetap berdasarkan bulan musim yang siklusnya terjadi secara tetap seperti pada waktu yang lalu. Keadaan ini membuat para petani di lapangan menjadi lebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan dan memilih jenis usahatani yang dikelolanya.

Seperti diketahui bahwa ketersediaan air secara irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana sangatlah terbatas (di bawah 50%) dari lahan sawah yang tersedia. Bila dilihat dari keseluruhan lahan yang ada maka penyediaan air yang teratur sangatlah terbatas, sehingga diperlukan upaya penyediaan air dengan jalan yang lebih bisa teratur di luar air hujan yang diharapkan.

Tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, ubi jalar, ubi kayu dll secara umum memang tahan akan kekekringan tetapi pada fase-fase tertentu masih membutuhkan air. Seperti pada saat proses penumbuhan kecambah, proses pembentukan bunga dan proses pembentukan pati diperlukan air yang cukup untuk proses pertumbuhan yang sempurna.

Memang untuk Indonesia secara umum iklim yang menghasilkan curah hujan di atas 200 mm selama empat bulan berturut-turut hampir terjadi di 75% di wilayah Indonesia. Tetapi bila kita perhatikan kondisi di lapangan yang terjadi sekarang keadaan iklim yang sangat berfluktuatif menyebabkan bila mengharapkan hujan pada saat tertentu untuk kebutuhan tanaman mungkin bisa hasilnya meleset. Bila hal ini terjadi tentunya proses pertumbuhan tanaman palawija yang ditanam petani seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, ubi jalar dan ubi kayu akan memberikan hasil yang kurang bagus.

Bila ingin diperoleh penyediaan air di daerah lahan kering di luar tadah hujan yang diharapkan dapat dilakukan para petani dengan menyediakan air tanah atau air permukaan tanah melalui pompanisasi. Tentunya pompanisasi yang dibutuhkan untuk menyediakan air di lahan pertanian tanaman palawija petani dapat dilakukan para petani melalui kerjasama kelompok.

Sebelum melakukan pelaksanaan pompanisasi di lapangan maka terlebih dahulu para petani bekerjasama dengan orang yang ahli di dalam pengeboran atau penggalian air permukaan tanah. Apakah di lahan areal pertaniannya mudah dilakukan penggalian air tanah dengan penggalian biasa atau memerlukan pengeboran, sehingga pelaksanaan pengambilan air permukaan tanah untuk pompanisasi berjalan dengan baik.

Sumber air yang telah digali baik melalui sumur atau pemboran dialirkan melalui pompanisasi misalnya jetpam atau alat mesin air sejenisnya yang harus benar-benar dialirkan secara efesien dan efektif. Karena diketahui bahwa biaya untuk pompanisasi ini memerlukan dana yang cukup besar yang harus dikeluarkan petani. Oleh karena itu diperlukan perawatan dan pemeliharaan dari sumur gali dan pemboran serta mesin yang digunakan untuk pompanisasi air ini.

Sebaiknya para petani yang terdiri dari beberapa orang dalam satu hamparan membeli pompanisasi untuk tanaman palawija mereka secara berkelompok. Karena jika membeli pompa air secara sendiri-sendiri akan memerlukan biaya yang sangat besar, sedangkan bila membeli mesin pompa secara berkelompok dapat menghemat biaya yang dikelurkan petani. Hanya yang perlu diperhatikan adalah adanya kerjasama dalam pemeliharaan, perawatan dan pembagian pemakaian pompanisasi air yang menjadi milik bersama itu, sehingga para petani akan memperoleh hasil yang baik dan berkesinambungan. (Oleh : Syahrinaldi, DKPP Kab. Bintan, Kepulauan Riau) Sumber : cybex pertanian.go.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar